Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah di bawah instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 3.000 per liter tahun ini. Tim lembaga independe pengkajian dan pengembangan bidang logistik Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi, penyesuaian harga BBM tersebut dapat berdampak pada kenaikan biaya transportasi sebesar 12 persen hingga 13 persen.
"Hasil analisis SCI menunjukkan, kenaikan harga BBM solar dari 5.500 per liter menjadi Rp 8.500 akan membuat perusahaan transportasi menaikkan biaya transportasi yang dibebankan pada penggunanya sekitar 20 persen hingga 25 persen,"Â ungkap Chairman SCI, Setijadi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/10/2014).
Jika kenaikan harga BBM dari Rp 5.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter akan menaikkan biaya transportasi sekitar 4 persen. Sementara kenaikan BBM Rp 2.000 per liter menjadi Rp 7.500 per liter berpotensi meningkatkan biaya operasional transportasi sekitar 8 persen hingga 9 persen.
SCI memperkirakan, kenaikkan harga BBM juga berdampak pada perubahan tarif tol, biaya penyeberangan, dan beberapa kebutuhan lain. Tak heran, perusahaan transportasi akan segera melakukan penyesuaian tarif dengan beberapa biaya tersebut.
SCI juga menyarankan pengalihan subsidi pada pengembangan infrastruktur. Saat ini, pemerintah perlu meningkatkan nilai investasi infrastruktur dari 5 persen menjadi 7,5 persen hingga 10 persen dari PDB.
Selain itu, pengalihan subsidi dalam bentuk insentif juga diperlukan seperti bunga rendah untuk peremajaan armada truk agar sektor transportasi lebih kompetitif. Hingga saat ini, truk masih dikenai bunga tinggi.
Subsidi BBM juga dapat dialihkan untuk perbaikan proses dan fasilitas infrastruktur pelayanan logistik guna mempercepat arus barang dan armada. Selain itu, pemerintah juga disarankan membuka layanan pengaduan guna mengatasi pungutan liar yang kian marak untuk transportasi barang.
Sekadar informasi, SCI telah melakukan analisis dampak kenaikan harga BBM, khususnya solar, terhadap biaya operasional transportasi. Analisis dilakukan terhadap armada Golongan III pada rute Jakarta-Surabaya.
Analisis perhitungan tersebut juga telah meliputi biaya-biaya supir, pemeliharaan, depresiasi armada, asuransi, serta administrasi dan manajemen. Analisa dilakukan dengan asumsi kenaikan hanya terjadi untuk harga BBM, sedangkan biaya-biaya lain tidak berubah. (Sis/Gdn)
Advertisement