Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana untuk menaikan harga BBM bersubsidi sebelum Januari 2015. Meski belum menimbulkan lonjakan harga, namun kenaikan ini dikhawatirkan akan memicu kepanikan di pasar.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pedagangan Rachmat Gobel mengatakan bahwa adanya kepanikan di pasar tersebut karena ulah dari para spekulan. Namun hal ini bisa diatasi dengan sosialisasi kepada pedagang di pasar.
"Kalau ada kekhawatiran, kita harus memberikan penjelasan. Yang membuat kekhawatiran itu kan karena ada spekulan tadi, itu yg membuat jadi khawatir. Nah ini kita atasi," ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (6/11/2014).
Untuk mencegah adanya kepanikan ini, Rachmat mengatakan pihaknya akan terus melakukan komunikasi dengan para pedagang. Selain itu juga akan mengandeng Perum Bulog untuk melakukan pemantauan secara berkala untuk mengetahui pergerakan harga di lapangan.
"Pasti (ada komunikasi dengan pedagang), artinya Bulog dan Kemendag melakukan pemantauan terus di lapangan," lanjut dia.
Meski demikian, Rachmat meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya gejolak harga bahan kebutuhan pokok, khususnya beras menyusul wacana kenaikan harga BBM ini. Dia memastikan, stok beras untuk enam bulan ke depan dalam kondisi yang mencukupi.
"Masyarakat tidak perlu khawatir karena stoknya cukup. Saat ini cukup sampai 6 bulan kedepan, itu stok yang 1,6 juta ton. Itu bisa kita jaga sampai enam bulan," tandasnya. (Dny/Ndw)
Harga BBM Mau Naik, Mendag Minta Masyarakat Tak Panik
Meski belum menimbulkan lonjakan harga, namun kenaikan harga BBM ini dikhawatirkan akan memicu kepanikan di pasar.
Advertisement