Sukses

Target Ekspor CPO 20 Juta Ton Bakal Sulit Tercapai

Ekspor CPO masih rendah lantaran permintaan CPO turun dari beberapa negara seperti China, India, dan Pakistan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha kelapa sawit dalam negeri pesimistis ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) tahun ini bisa mencapai 20 juta ton. Pasalnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara pengimpor CPO tengah melambat.

Ketua Bidang Otomoni Daerah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Susanto mengatakan, ekspor CPO pada tahun lalu sebesar 19,7 juta ton. Sedangkan untuk tahun ini hingga September 2014 saja belum mencapai angka 16 juta ton.

"Mungkin berat. Kita kemarin September belum sampai 16 juta, hanya, sekitar 15 juta ton. Masih 3 bulan (termasuk Oktober yang belum dihitung) kurang 4 juta. Kalau satu bulan 1,6 juta maka 3 bulan kurang lebih lah yaa 4,8 juta. Itu berarti baru sekitar 19,8 juta. Ya bisa 20 juta tapi sulit," ujar Susanto di Kantor Pusat GAPK, Jakarta, Kamis (6/11/2014).

Dia menjelaskan, faktor masih rendahnya nilai ekspor ini karena menurunnya permintaan CPO dari beberapa negara seperti China, India dan Pakistan. Hal ini yang membuat permintaan pada September lalu cenderung turun.

"Karena pertumbuhan ekonomi China juga dibawah prediksi semula. India dan Pakistan kan banyak melakukan subtitusi pada kedelai karena disparitas harganya juga sudah rendah," jelas dia.

Menurut Susanto, meski permintaan CPO dari Malaysia mengalami penurunan, namun Indonesia juga dinilai tidak bisa begitu saja memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendorong ekspor CPO.

Hal ini karena kedua negara penghasil sawit terbesar di dunia ini saling mempengaruhi. Sehingga jika permintaan CPO di Malaysia turun, maka di Indonesia pun demikian.

"Malaysia kan stoknya agak menurun sedikit bulan lalu tapi eksportnya akan naik. Kalau kita nggak punya data stok, itu yang buat kita sulit. Kalau Malaysia kan diumumkan setiap 2 minggu data stok, Indonesia nggak punya sampai sekarang, kita hanya estimasi," katanya.

Yang bisa membantu hingga akhir tahun ini, lanjut Susanto hanya permintaan jelang perayaan Natal dan tahun baru. Meski demikian, itu pun masih dianggap sulit untuk mendorong ekspor menembus 20 juta ton.

"Yang bisa kita perkirakan bisa menolong sedikit adalah persiapan untuk orang Eropa di Natal. Itu akan sedikit terdorong. Kira-kira November ini beli untuk persiapan Desember," tandasnya. (Dny/Ahm)