Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diimbau untuk terus melanjutkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti rencana awal sebesar Rp 3.000 per liter meski ada penurunan harga minyak di pasar internasional.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Tony Prasetyantono menilai pelemahan harga minyak dunia hanya bersifat sementara.
"Harga minyak yang turun sampai US$ 85 per barel nggak bisa dipegang, artinya bersifat sementara. Saya nggak percaya itu akan terus berlanjut," kata dia saat berbincang di Jakarta, seperti ditulis Senin (10/11/2014).
Tony berpendapat, harga minyak dunia dapat kembali bergerak naik apabila permintaan meningkat. Terutama dari Amerika Serikat (AS) yang saat ini telah menunjukkan perbaikan ekonominya.
Dengan begitu, dia menyarankan supaya pemerintah merealisasikan rencana kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter pada November ini. Tony beralasan, saat ini adalah momen tepat buat pemerintah untuk menerapkan kebijakan tersebut.
"Mumpung ada kesempatan ambil. Ini momentum bagi pemerintah, jangan disia-siakan karena masyarakat sudah mulai menyadari dan mengerti harga BBM harus naik. Tapi jangan Rp 1.000 kenaikannya karena tidak akan ngaruh, jadi tetap saja Rp 3.000 per liter," cetus Tony. (Fik/Ndw)
Harga Minyak Anjlok, Ini Momen yang Pas Untuk Naikkan BBM?
Pelemahan harga minyak dunia diprediksi hanya bersifat sementara.
Advertisement