Liputan6.com, Jakarta - Banyak potensi untuk dikembangkan di kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), namun masih terkendala pasokan listrik sehingga belum dapat mengoptimalkan potensi itu.
Bupati Marowali Anwar Hafidz mengatakan, potensi sumber daya alam Morowali paling terbesar adalah hasil lautnya, namun pengelolahannya belum maksimal.
"Sumber perikanan cukup banyak belum tergarap maksimal, Morowali produsen rumput laut terbesar di Sulawesi Tengah, suplai ikan dan rumput laut itu sulawesi tenggara dari Morowali," kata Anwar, saat menghadairi acara penandatanganan Nota Kesepahaman Pengembangan Listrik di Menara Kadin, Jakarta, Senin (10/11/2014).
Anwar berkeinginan untuk melakukan hilirisasi produk hasil laut Morowali. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Saya ingin satu industri pengolahan rumput laut memberikan nilai tambah, laut itu seperti daratan di kavling-kavling. Ini terus menjadi andalan Morowali demikian juga ikan," ungkapnya.
Namun, kabupaten tersebut masih terbentur masalah, yaitu minimnya pasokan listrik. Sebelum 2008, wilayah tersebut hanya 6 jam dapat menikmati listrik, tetapi kini Pemerintah Daerah Morowali telah mensubsidi PLN pada 2008 sebesar Rp 12 miliar untuk membiayai pembangkit listrik.
"Masalah utama listrik, potensinya Morowali luar biasa. Yang bantu PLN sepenuhnya bisa menerangi Kota Morowali," pungkasnya. (Pew/Ahm)
Pasokan Listrik jadi Kendala Morowali Kembangkan Hasil Laut
Masalah utama yaitu pasokan listrik yang belum mencukupi menganggu untuk mengembangkan potensi perikanan di kabupaten Morowali, Sulteng.
Advertisement