Liputan6.com, Jakarta - PT Coca Cola Indonesia memastikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan mengerek biaya produksi. Akan tetapi akibat tak kunjung diumumkan, pihaknya terpaksa menunggu realisasi rencana tersebut untuk segera menghitung kenaikan harga produk minuman soda.
"Saat ini masih wait and see soal harga. Tapi untuk tahun ini, kami belum ada kenaikan harga produk," ujar Public Affairs & Community Manager Coca Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo kepada wartawan di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (13/11/2014).
Lebih jauh dia menuturkan, perusahaan masih mempertimbangkan kenaikan harga produk dari sisi persaingan bisnis minuman di Indonesia. "Kenaikan harga produk sih relatif, karena kita lihat kompetisinya," ungkapnya.
Triyono mengakui, kenaikan harga BBM bersubsidi bakal melambungkan ongkos produksi sekira lima persen. Pemicunya dari dampak tidak langsung harga BBM naik, diantaranya, kenaikan harga bahan baku, kenaikan uang transportasi buruh, dan biaya pengiriman barang.
"Jadi kenaikan harga BBM subsidi akan menaikkan biaya-biaya lain. Secara total, ongkos produksi bisa meningkat sampai lima persen," paparnya.
Coca Cola Indonesia, kata dia, dapat mencari jalan lain untuk menjaga dampak kenaikan harga BBM subsidi tidak semakin membebani perusahaan.
"Contohnya saja kami bisa lakukan efisiensi, dari yang saat ini menggunakan truk untuk distribusi barang, ke depan pakai kereta api. Jadi (kenaikan harga produk) melihat juga daya beli masyarakat," cetus Triyono. (Fik/Ahm)
BBM Bersubsidi Naik, Coca Cola Siap Dongkrak Harga Jual
Manajemen Coca Cola Indonesia mengungkapkan, kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong ongkos produksi naik sampai lima persen.
Advertisement