Sukses

Borneo Be, Sukses Berbisnis Perhiasan Berbalut Misi Budaya

Adalah Lia Puji Lestari, gadis modis yang sukses mendapatkan penghasilan lumayan sekaligus bisa menyalurkan misi sosialnya.

Liputan6.com, Jakarta - Berusaha melestarikan budaya sendiri menjadi hal positif di era modern ini. Tak cuma bisa menunjukkan sikap nasionalisme tapi melestarikan budaya ternyata juga bisa membawa keuntungan secara bisnis.

Adalah Lia Puji Lestari, gadis modis yang sukses mendapatkan dua keuntungan sekaligus yakni sukses meraup pendapatan besar sekaligus bisa menyalurkan misi sosialnya mengenalkan budaya Kalimantan ke masyarakat Indonesia dengan berbisnis perhiasan yang mengusung brand fashion, Borneo Be.

Jatuh Bangun

Lia mengaku, mendirikan Borneo Be tepatnya pada November 2012, yaitu 2 bulan setelah lulus kuliah. "Borneo Be adalah bisnis aksesoris yang tidak cuma berorientasi profit, tapi juga sebagai media edukasi budaya khususnya budaya Dayak dari Kalimantan," dia mulai bercerita seperti mengutip Studentpreneur, Kamis (13/11/2014).

Lantas apa alasan Lia memilih untuk mengangkat budaya Dayak? Ternyata itu dimulai saat dirinya mengikuti proyek dosen tentang traditional craft industry di Indonesia saat duduk di bangku kuliah semester 7.

Dari proyek ini, Lia dipertemukan dengan cluster pengrajin mutu manikam Kalimantan. Mutu manikam adalah bahasa lokal untuk manik-manik.

Selama sebulan tinggal bersama mereka, dia mulai mengetahui keluhan perajin soal kecilnya minat pasar Indonesia terhadap produk asli Dayak ini.

"Mereka bilang kalau orang luar negeri lebih menghargai manik-manik mereka. Kalau menurut saya, malah bertentangan, mutu manikamnya unik dan bagus, cocok sekali untuk perhiasan," lanjut dia.

Dia melihat peluang, dengan sedikit kreasi dan bisa mengikuti tren, pasti banyak orang yang suka dengan mutu manikam tersebut.

Apalagi setelah bertemu pengrajin diketahui jika mutu manikam sangat sakral untuk suku Dayak, ketertarikannya semakin menguat untuk memperkenalkan budaya Dayak pada masyarakat.

Para pengrajin dinilai sangat ahli dalam hal memproduksi mutu manikam Kalimantan, tapi mereka kurang peka terhadap tren, kurang peka dengan pasar. Kepercayaan diri Lia muncul untuk bisa mengikuti tren dan pasar lebih baik dari yang lain.

"Ya sudah saya coba membangun bisnis Borneo Be dan pasarkan di Indonesia, tentunya dengan desain aksesoris yang fashionable dan sesuai tren. Ternyata hasilnya sudah seperti yang saya duga, pasar remaja di Indonesia pada suka. Laris manis deh," kata dia sumringah.

Dalam bisnisnya, Lia ikut menyisipkan edukasi budaya ke konsumen secara pelan-pelan sambil mengajak mereka untuk ikut melestarikan Budaya Dayak sekaligus. Dari awal, Borneo Be bukan hanya sekedar bisnis, tapi juga misi sosial.

Buah Usaha

Bisnis Lia tak berjalan mulus awalnya. Kesulitan mencari sistem pemasaran yang pas karena pada saat itu masih berkuliah menjadi masalah terbesar.

"Apalagi saya baru lulus, ada perang antara idealisme sebagai desainer murni dan memanfaatkan hasil didikan selama kuliah dengan kondisi di lapangan yang membuat saya ingin berbisnis," kata dia.

Namun, tak ada kata menyerah. Akhirnya setelah belajar dan ikut kursus selama 1 bulan, Lia mulai mengubah mindset. Dari sana berhasil menemukan sistem pemasaran yang pas. Alhasil, pembeli mulai berdatangan dan membuat Borneo Be bisa berkembang.

Untuk menjaga pelanggannya, Lia mengadopsi Customer Service bank atau perusahaan provider. Ia tetap melayani pelanggan yang ingin komplain atau menyebalkan seperti apapun juga. Saat ini fokus marketing 90% online dan 10% offline. Itu sesuai dengan target bisnisnya, lebih ke anak muda yang mengikuti fashion.

Tak bertepuk sebelah tangah, usaha perhiasan Borneo Be membuahkan hasil. Belasan juta rupiah omzet yang diterima Lia tiap bulannya.

Harapannya dengan semakin banyaknya masyarakat menyadari betapa indahnya mutu manikam dari Dayak, maka keuntungan dari Borneo Be juga ikut terkatrol.

Agar ada inovasi pada produk, Lia rajin mencari melalui media internet soal fashion dan tren baru. Kemudian setiap minggu kedua, brainstorming ide produk baru sekalian membuat contohnya.

Dengan melihat pengalamannya berbisnis, Lia membagikan tips. Jika ada anak muda yang ingin berbisnis mereka harus berani. "Kebanyakan anak muda kalau mau bisnis kan pada takut ini itu, takut bangkrut lah, nggak lakulah, nanti salah strategi, dan lain-lain. Yang penting berani saja, kalau mau ambil keputusan dalam suatu bisnis, segera eksekusi, tidak perlu takut. Pada akhirnya bisnis itu tidak seseram yang dibayangkan anak-anak muda kok, enjoy aja," tandas dia. (Nrm/Igw)

* Tulisan lengkap bisa dibaca di http://studentpreneur.co/

Â