Liputan6.com, Bogor - Satu lagi pengusaha yang sukses berbisnis dari hobi. Bermula dari kesukaan memelihara kelinci, Nuning Nurhayati kini menangguk rupiah yang menggiurkan. Plus, dia mampu memberdayakan masyarakat sekitar melalui usahanya.
Memang, hewan peliharaan kini bukan sekedar jadi pelengkap kehidupan seseorang. Seperti kelinci, hewan lucu dan menggemaskan ini mulai dilirik jadi lahan bisnis yang menguntungkan. Nuning membuktikannya.
Berikut penuturan pengusaha Taman Kelinci Nuning Nurhayati kepada Tim Liputan6.com saat berkunjung ke peternakannya di Bogor, Jawa Barat.
Advertisement
Dari sini usaha bermula
Nuning memulai cerita, awalnya memelihara kelinci hanya di seputaran rumah karena hobi pada 2008. Namun karena keterbatasan lahan dan jumlah peliharaan yang kian banyak membuat dia memindahkan lokasi peternakan ke tempat saat ini.
"Awalnya nggak kita sangka karena kita dari kecil itu suka kelinci terus sampai saya bekerja dan akhirnya pensiun dini dan saya akhirnya coba pelihara itu," jelas dia.
Dari sini, tawaran bisnis datang. Seseorang mengaku ingin memesan 100 ekor kelinci per bulan kepadanya.
Gayung bersambut karena melihat permintaan itu jadi peluang, Nuning meluluskannya.
Karena sudah mengetahui seluk beluk memelihara kelinci, Nuning mengaku tak kesulitan saat harus memenuhi pesanan.
Terpenting, kata dia, untuk menjaga kualitas kelinci maka harus sering membersihkan kandang dan menjaganya selalu kering. Selain itu, kelinci peliharaan jangan langsung kena matahari dan hujan angin.
Untuk makanan, cukup dengan memberikan pelet. Berbeda dengan pandangan orang kebanyakan, ternyata kelinci lebih baik diberi makanan ini.
"Kalau kita kasih sayuran mentah nanti juga akan dia injek-injek dan dijadikan temoat tidur, jadi akhirnya timbul penyakit bagi kelinci.
Ingin menjaga kualitas, makanan kelinci Nuning diproduksi sendiri. Terbuat dari limbah sayuran organik ditambah ampas tahu dan bekatul. Bahan baku diperoleh dari masyarakat sekitar.
Dia pun membentuk peternak plasma. Dengan mempercayakan beberapa keluarga memelihara kelinci di rumah dan kemudian membelinya. Jumlahnya sebanyak 15 ekor ke kepala keluarga.
Apalagi, beternak kelinci tak menyedot modal besar. Modal utama adalah membangun kandang. "Kandangnya bisa pakai bambu saja pun bisa atau pakai bambu dan besi juga bisa. Kayaknya dengan 500 ribu pun bisa," ungkap dia.
Buah Usaha
Hingga kini, 13 jenis kelinci sudah berkeliaran di peternakan Nuning. Dari kelinci ini, produk yang dihasilkan mulai dari daging mentah, bakso, sosis dan nugget. Dari sini, Nuning meraup omzet lebih dari Rp 10 jutaan.
Untuk daging mentah dan hidup, kelinci yang dijual mulai dari umur 2 sampai 6 bulan. Namun hanya kelinci yang sudah lepas menyusu dari induknya untuk yang dipelihara.
Harga daging kelinci ini bervariasi tergantung jenis mencapai Rp 20 ribu sampai Rp 1,5 juta. Harga itu mengacu pada jenis kelinci yang dicari, pedaging atau hias.
Tak hanya daging, kotoran dan urin kelinci ikut mendatangkan pendapatan. Yakni sebagai pupuk dan penyempot sayuran organik. Kulit kelinci juga dijadikan kerajinan sarung bantal dan jaket.
Dalam mengelola bisnisnya ini, Nuning dibantu 15 orang pekerja. Selain itu peternak plasma 20 orang.
Hingga kini Nuning mampu memasarkan kelinci dan produk turunannya di seputaran Jabodetabek Dia memiliki mimpi untuk bisa mendayagunakan seluruh bagian dari kelinci tersebut.
"Kelebihan usaha ini dibandingkan usaha lain adalah kelinci menjadi peluang usaha. Nggak ada yang kita buang," lanjutnya.
Kendala
Sebagai hewan peliharaan, banyak yang menilai kelinci tak layak menjadi bahan konsumsi. Pandangan ini yang menjadi kendala Nuning dalam menjalankan bisnisnya. "Padahal kan beda ya yang dipotong pedaging dan bukan hias," dia memberitahukan.
Dia menambahkan, masyarakat juga harus tahu jika kelinci memiliki protein tingg dan kolesterol paling sedikit.
Dengan usaha yang terus maju, Nuning bermimpi bisa menyebarluaskan pengetahuannya bagi mereka yang ingin belajar beternak dan berkebun. Serta, menjadikan peternakannta sebagai taman kelinci dan tempat edukasi hewan. (Fitri/Nrm)