Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melemah sesaat usai pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan harga BBM Naik pada Senin (17/11/2014) malam di Istana Merdeka. Harga premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter, sementara solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.
Baca Juga
Pengamat ekonomi senior, Destri Damayanti mengungkapkan kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan sedikit mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Saya rasa pasti akan ada (pengaruhnya), karena kan inflasi akan naik, kemudian rupiah akan sedikit tertekan," kata Destri saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Selasa (18/11/2014).
Pelemahan rupiah tersebut hanya akan bersifat sementara untuk kemudian akan berbalik menuju tren penguatan.
Advertisement
Penguatan tersebut mengingat para pelaku keuangan melihat hal itu secara jangka panjang akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan mengurangi impor BBM yang selama ini paling dominan menjadi penyebab‎ defisit.
‎"Kalau kondisi sekarang aku malah lihatnya market langsung balik positif, karena itu sesuatu yang dibutuhkan fundamental kita," kata Destri. (Yas/Nrm)