Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) bakal mengubah 40 persen kran (nozzle) pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium menjadi Pertamax yang ada di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Direktur Pemasaran dan Naiaga Pertamina, Hanung Budya menjelaskan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan tadi malam sebesar Rp 2 ribu per liter diperkirakan membuat konsumsi BBM non subsidi meningkat. Alasannya, jarak harga antara harga BBM bersubsidi sudah mendekati harga BBM non subsidi.
"Sudah secara bertahap kami prediksikan setelah kenaikan delta (jarak) harga. Rp 1.500 per liter hingga Rp 17.00 per liter, penjualan Pertamax naik," kata Hanung, di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Ia menambahkan, untuk mengantisipasi bertambahnya konsumsi BBM non subsidi tersebut, Pertamina telah melakukan perubahan nozzle pengisian BBM dari Premium ke Pertamax. Jumlah Nozzle yang diubah mencapai 40 persen dari nozzle yang ada.
"Nozzle kami coba tambah nozzle yang non PSO, 40 persen yang non subsidi," ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman, menurut Hanung penurunan konsumsi BBM bersubsidi pasca kenaikan harga bisanya selama empat hingga lima hari, setelah itu konsumsi kembali normal.
"Biasanya pengalam selama ini 4-5 hari turun hari pertama 50 persen, sekitar 5-6 hari baru normal," tuturnya.
Hanung menambahkan, hal tersebut terjadi karna masyarakat telah membeli BBM bersubsidi sebelum kenaikan harga dengan volume berlebihan. Hal tersebut terlihat dari konsumsi normal yang meningkat belakangan ini.
"Sebelumnya karena mereka tahu ada kenaikan beli secara masimal khusus premium, premium tidak bisa dispekulasikan cenderung pribadi. Sebulan terakhir ada peningkatan penjualan biasanya 81 kilo liter (kl) sejak Oktober sampai menjelang kenaikan 90 kl per hari," pungkasnya. (Pew/Gdn)
SPBU Pertamina Bakal Ubah 40% Kran Premium Jadi Pertamax
Penurunan konsumsi BBM bersubsidi pasca kenaikan harga bisanya selama empat hingga lima hari
Advertisement