Sukses

Jusuf Kalla: Ekonomi Dunia Saling Membutuhkan

Perusahaan Indonesia tertarik untuk bermitra dengan perusahaan Eropa terutama dalam menerapkan teknologi dan keterampilan manajemen.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri acara dialog Bisnis Uni Eropa-Indonesia 2014, di Hotel Shangri-la, Jakarta, Rabu (19/11/2014). Acara ini mempertemukan perwakilan tingkat tinggi dari sektor swasta maupun sektor pemerintah Indonesia-Eropa.

Dalam kata sambutannya, Jusuf Kalla menyampaikan saat ini tidak bisa sebuah negara berdiri sendiri dari sisi ekonominya, tapi saling membutuhkan dan saling bergantungan satu dengan yang lain.

"Ekonomi dunia sekarang saling bergantung, jika Uni Eropa tumbuh maka Asia ikut bareng, bergabung untuk kualitas hidup lebih baik. Tidak ada lagi negara yang tidak saling bergantung semua saling bergantung," katanya.

Jusuf Kalla juga menuturkan kondisi terkini perdagangan Indonesia meningkat memiliki angka yang lebih tinggi diekspor dari impor. Selain itu, jumlah penduduk yang mencapai 200 juta jiwa merupakan modal besar dalam menghadapi ekonomi saat ini.

"Kenapa itulah saya yakin akan berkembang bisnis di sini dengan baik ditambah lagi Indonesia memiliki jumlah penduduk tinggi dan sehingga bagus sebagai konsumen," terangnya.

Ketua Kadin Indonesia Suryo Sulistyo juga menambahkan dalam dekade terakhir terlihat peningkatan minat dari perusahaan Eropa terkait perdagangan dan investasi di Indonesia.

Sebaliknya, perusahaan Indonesia tertarik pula untuk bermitra dengan perusahaan Eropa terutama dalam menerapkan teknologi dan keterampilan manajemen perusahaan asing tersebut.

"Kita semua setuju potensi untuk memperkuat hubungan antara Uni Eropa dan Indonesia sangat besar. Sekarang adalah waktu untuk mencari tahu bagaimana untuk mewujudkan hal ini," tuturnya.

Ketua Apindo Sofyan Wanandi juga mengatakan Indonesia dan Uni Eropa memiliki hubungan strategis dan penting. Acara ini bisa membuka lembaran baru dalam perdagangan Indonesia.

"Untuk Indonesia, sektor bisnis mengharapkan melihat peningkatan daya saing dan akses pasar, terutama perihal tarif dan non tarif komoditas strategis seperti tembakau, produk perikanan, kakao, tekstil, minyak kelapa sawit dan kayu," tandas Sofyan. (Silvanus Alvin/Gdn)