Liputan6.com, New York - Menjadi anak tunggal dari keluarga terkaya di Australia, Gina Rinehart pernah mewarisi seluruh kekayaan dan perusahaan tambang milik sang ayah. Uniknya, meski pernah menjadi pewaris tunggal keluarga kaya, Rinehart tak sedikitpun berniat mewariskan harta pada anak-anaknya.
Wanita terkaya di Australia ini tercatat memiliki total kekayaan mencapai US$ 15,2 miliar. Meski memiliki empat anak yang siap menggantikan posisinya di perusahaan, tapi Rinehart tak menunjukkan niat untuk mewariskannya.
Baca Juga
Baginya, tak ada satupun dari sang anak yang memiliki kemampuan cukup untuk meneruskan bisnis keluarga tersebut. Kondisi inilah yang mendorong Rinehart terjerumus ke dalam skandal perebutan kekuasaan perusahaan dengan tiga anaknya.
Advertisement
Sementara si bungsu Ginia Rinehart, memilih mengikuti semua perintah ibunya. Bagaimana kisah perebutan harta antara ibu dan anak miliarder ini?
Berikut ulasannya seperti dikutip dari Forbes, The Richest, Bloomberg dan berbagai sumber lain, Jumat (21/11/2014):
Ratu Tambang
Gina Rinehart, ratu tambang perdagangan bijih besi dunia
Wanita bernama lengkap Georgina Hope Hancock ini lahir pada 9 Februari 1954. Ayahnya, Hancock, merupakan pengusaha baja yang sangat penting di kawasannya saat Rinehart lahir.
Tambang bijih besi yang didirikan sang ayah membuat keluarga Rinehart memiliki kekayaan dalam jumlah super besar seolah tak akan ada habisnya. Dia lantas menjadi pewaris tunggal seluruh kekayaan sang ayah dan perusahaan Hancock Prospecting di Perth, Australia.
Pewaris perusahaan tambang besar di Australia, Gine Rinehart merupakan ratu perdagangan bijih besi dunia. Wanita berusia 60 tahun ini bertugas mengendalikan Hancock Prospecting mengingat jabatannya sebagai pimpinan eksekutif.
Perusahaan yang dipimpinnya itu kini juga merambah pertambangan minyak dan gas. Tentu saja itu menjadi pemasukan lebih bagi harta kekayaan Rinehart.
Advertisement
Tak mau wariskan harta
Tak mau wariskan harta pada anaknya
Sebagai wanita terkaya di Australia, Rinehart ternyata tak berniat mewariskan harta pada anak-anaknya. Sejumlah dokumen resmi menunjukkan bahwa Rinehart merasa anak-anaknya tak layak mengelola bisnis keluarga.
Rinehart juga menganggap seluruh anaknya tak mampu mengurus kekayaan keluarga. Dia mengklaim tak satupun anaknya memiliki kemampuan kerja yang memadai untuk mengurus perusahaan tambang Hancock Prospecting yang tengah berkembang.
Alhasil, keputusannya menuai perseteruan antara ibu dan anak. Ketiga anak kandungnya tak terima karena sang kakek juga mewariskan harta untuk cucu-cucunya dan bukan pada Rinehart semata.
Digugat anak
Rinehart, digugat anak sendiri
Skandal perebutan harta kekayaan dan bisnis keluarga itu terekam dari email yang dikirim ketiga anak pertamanya sang ibu pada 3 September 2011. Beberapa hari sebelum ulang tahun anak bungsunya Ginia Rinehart yang ke-25, dia mengirim email balasan pada kakak-kakak Ginia.
Dalam email tersebut dia mengatakan akan mengelola seluruh warisan ayahnya sendirian hingga 2068, artinya saat itu Rinehart berusia 114 tahu. Berbeda dengan ketiga kakaknya, si bungsu tunduk dan mengikuti semua kemauan ibunya. Banyak orang mengira, gadis itu yang akan menjadi penerus bisnis keluarga Hancock tersebut.
Namun ketiga kakaknya, khususnya John Langley (Hayward) Hancock selaku anak pertama tak henti menuntut apa yang menjadi haknya. Hal ini mengingat sang kakek, Lang, juga mewariskan harta untuk cucu-cucunya.
Pada awal Oktober 2013, hati Rinehart dikabarkan melunak. Dia menawarkan untuk menyerahkan posisi manajemen ke salah satu dari dua anak pertamanya. Langkah itu diambil Rinehart untuk mengakhiri gugatan anaknya yang diajukan sejak September 2011. (Sis/Ndw)
Advertisement