Liputan6.com, Serang- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah membuat nelayan di Pelabuhan Karangantu, Serang, terancam gulung tikar karena mahalnya harga solar yang harus dibeli.
"Tangkapan ikan sih stabil setiap harinya, tapi rugi dari segi penjualannya di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Karangantu. Meruginya itu pastinya dampak kenaikan BBM solar," ujar Safei, salah satu nelayan saat ditemui di lokasi TPI, ditulis Kamis (27/11/2014).
Harga solar yang semula Rp 5.500 kini menjadi Rp 7.500 per liternya, mengalami kenaikan Rp 2.000 per liter, tetapi harga jual ikan per kilogram (kg) tetap sama.
Pria berusia 45 tahun ini menuturkan, para nelayan di Pelabuhan Karangantu mengaku keuntungan yang di dapat semakin sedikit. Jika keadaan ini terus berlanjut, akan menyebabkan nelayan kecil gulung tikar.
"Tapi penjualan masih harga lama, keuntungan sangat minim sekali. Mending kalau tangkapan ikan banyak, kalau hasil tangkapan sedikit gigit jari deh," terangnya.
Nelayan asli warga Brebes ini menambahkan, dalam setiap hari dirinya melaut dengan merogoh modal minimal Rp 1 juta-Rp 2 juta. Dana itu digunakan untuk operasional pembelian BBM solar mencapai 100 liter dan kebutuhan lainnya.
Hal lain disampaikan oleh Nanang, ikan tangkapan nelayan seperti ikan kurisi harga nya Rp 9.000 per kg, cumi Rp 30 ribu per kg, sontong Rp 15 ribu perkilogram, dan ikan gurasan Rp 5 ribu per kg.
Nanang berharap, harga ikan bisa naik antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu agar tak memberatkan para nelayan yang melaut.
"Besar harapan para nelayan, pihak TPI Karangantu ini bisa menyesuaikan harga pembelian ikan dari para nelayan. Harus bisa memikirkan nasib nelayan. Kalau begitu, walaupun BBM naik penghasilan nelayan bisa stabil," terangnya.
Di sisi lain, aksi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih terus berlangsung. Kali ini, Aliansi Mahasiswa dan Rakyat (AMARA) menggelar aksi di depan gedung Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM).
Baca Juga
Koordinator AMARA, Muhamad Frans mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM ini adalah sebuah simbol imperialisme terhadap rakyat, di mana rakyat makin tercekik dengan kenaikan BBM ini.
Advertisement
"Kaum Neolib sudah berada di pemerintahan Jokowi-JK, imperialisme lebih di pentingkan, rakyat menjerit, prekonomian untuk rakyat kecil semakin sulit," ungkapnya.
Dalam aksinya,mereka membawa keranda mayat dan pocong-pocongan yang terpasang foto 3 menteri Jokowi-JK seperti Sofyan Djalil, Rini Soemarno, dan Sudirman Said.
"Filosofi ini adalah menandakan sebagai hati nurani yang sudah mati, 3 menteri inilah yang seharusnya bertanggung jawab dalam kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)," tegas dia.(Yandhi/Ndw)