Sukses

Hadapi MEA, Industri Konstruksi RI Harus Dongkrak Daya Saing

Pasar jasa konstruksi di Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut era Masyarakat  Ekonomi Asean (MEA) yang berlaku pada 2015, daya saing industri konstruksi nasional masih perlu ditingkatkan.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai pasar jasa konstruksi dari tahun ke tahun terus berkembang dan menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kadin mencatat, pasar konstruksi nasional sejak 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, di mana pada 2012 mencapai Rp 284 triliun, kemudian 2013 mencapai Rp 369 triliun, dan di tahun 2014 ini diperkirakan menembus Rp 407 triliun.

Bahkan pertumbuhan konstruksi di Indonesia dari tahun ke tahun melebihi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk ketersediaan material dan peralatan konstruksi di Indonesia masih didominasi di Pulau Jawa.

Untuk perkembangan pelaku jasa konstruksi nasional, saat ini kontraktor Indonesia berjumlah 117.042 dan konsultan berjumlah 4.414.

"Namun sebagaimana yang terjadi sebelumnya, hingga kini Badan Usaha dengan kualifikasi besar masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang kualifikasi kecil maupun sedang," jelas Suryo di Jakarta, Kamis (27/11/2014).

Begitu juga dengan tenaga kerja konstruksi, di mana tenaga ahli berjumlah 10 persen, tenaga terampil 30 persen, dan kelompok buruh mencapai 60 persen.

Bambang mengatakan, kekuatan industri jasa konstruksi terletak pada keunggulan sumber daya manusia, tidak hanya sebagai tenaga kerja atau tenaga ahli, tetapi juga sumber daya manusia yang diperlukan untuk menguasai dan mengembangkan teknologi.

“Badan usaha  jasa konstruksi Indonesia cukup besar jumlahnya tetapi sebagian besar adalah usaha skala menengah dan kecil. Jumlah tenaga kerja kita juga cukup banyak, tetapi jumlah tenaga ahlinya masih rendah, kita harapkan daya saingnya perlu ditingkatkan lagi untuk kesiapan kita menghadapi masyarakat ekonomi Asean” kata Suryo.

Sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo serta program-program yang disusun pemerintah, Kadin memperkirakan mulai tahun depan pasar untuk jasa konstruksi akan berkembang dengan cepat. Selain itu, kata Suryo, program-progam untuk pengembangan jasa konstruksi maritim perlu menjadi perhatian pelaku nasional agar tidak menjadi porsi asing.

“Sebagai industri jasa unggulan, kita yakin industri konstruksi Indonesia dalam satu atau dua tahun mendatang akan dapat berdiri sama tinggi dengan pesaingnya di wilayah ASEAN,” ungkap Suryo.

Tenaga kerja


Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Pertanahan, Bambang Sujagad mengatakan, di sisi tenaga kerja jasa konstruksi, Indonesia diyakini memiliki daya saing komparatif yang relatif tinggi di lingkungan ASEAN. Indonesia memiliki 600 ribu insinyur dengan kompetensi yang bisa disejajarkan dengan negara lainnya.

Senada dengan Suryo, Bambang juga mengatakan, Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah agar daya saing semakin kompetitif.

Peningkatan daya saing tersebut dapat ditunjang dengan pembentukan regulasi dan kebijakan persaingan pembangunan infrastruktur, sertifikasi pelaku industri dan jasa konstruksi, serta peningkatan keahlian dan keterampilan (spesialis dan generalis).

Bambang menjelaskan, meski ASEAN nanti akan menjadi pasar tunggal, namun bukan berarti bisa bebas tanpa aturan.Untuk melakukan usaha jasa konstruksi, Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) harus bekerjasama dengan Badan Uaha Jasa Konstruksi Nasional (BUJKN) yang berkualifikasi Besar dalam bentuk joint operation (JO), atau joint venture (JV) dengan penyertaan modal asing.

"Saat ini dibatasi maksimal sebesar 55 persen untuk kontraktor dan 51 persen untuk konsultan," katanya.

Batasan tersebut akan menjadi 70 persen setelah terbentuknya masyarakat ekonomi ASEAN. Dengan demikian, jelas masuk tidaknya BUJKA ke Indonesia tergantung pada kesiapan dan daya saing BUJKN. Saat ini terdapat sedikitnya 16 BUJKA yang telah membentuk kantor perwakilan di Indonesia. (Ndw)

Video Terkini