Liputan6.com, Banjarnegara - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi memberi dampak cukup signifikan kepada perajin tahu dan tempe di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Guna meminimalisir timbulnya kerugian, para perajin menyiasatinya dengan memperkecil ukuran produk. Selain itu, perajin juga menurunkan jumlah produksi.
Perajin tempe di Banjarnegara, Siswandi mengatakan, penurunan produksi dan pengurangan ukuran dilakukan karena adanya peningkatan harga bahan baku setelah kenaikan harga BBM subsidi. Di samping itu jumlah pelanggan juga mengalami penurunan.
"Kenaikkan ini jelas sangat memberatkan dan mengancam usaha kami," kata Siswandi, seperti ditulis pada Sabtu (29/11/2014).
Ia menerangkan, sebelum adanya kenaikan harga BBM subsidi, dirinya mampu memproduksi sekitar 2 kuintal tempe dalam sehari. Tetapi saat ini hanya 20 kilo gram (kg) per hari. Itu juga dilakukan Siswandi sebatas untuk menutup operasional.
Tak hanya dampak kenaikan harga BBM subsidi, upah tenaga kerja yang juga ikut naikturut berpengaruh terhadap usahanya itu. Sebelumnya bayaran untuk karyawan per hari Rp 45 ribu, namun saat ini ada kenaikan sebesar Rp 10 ribu atau menjadi Rp 55 ribu per hari.
"Kami hanya berharap agar pemerintah mempertimbangkan kebijakan kenaikan BBM. Karena ini sangat mencekik masyarakat kecil," katanya.
Senasib dengan perajin tempe, para perajin tahu juga mengalami hal serupa. Demi mempertahankan usahanya, para perajin tahu yang ada di Kelurahan Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara mengurangi ukuran tahunya. Rata-rata, ukuran tahu menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Langkah ini menjadikan para pelanggan komplain, sehingga secara omzet mengalami penurunan drastis.
"Kami tidak bisa berbuat banyak, kenaikan BBM ini sangat terasa bagi kami yang menjalankan usaha kecil. Karena bahan baku naik dan tenaga juga naik. Kami hanya bisa berharap agar pemerintah memikirkan usaha kecil seperti kami," kata Sartimah penjual tahu di Banjarnegara.
Menurut dia, akibat pengurangan ukuran ini menjadikan penurunan omzet yang sangat drastis. Bahkan hingga mencapai 40 persen. Sebelumnya dia mampu menjual hingga 1.000 potong per hari, kini hanya bisa menjual paling banyak 600 potong per hari. (Idhad Zakaria/Gdn)
Terimbas Kenaikan BBM, Ukuran Tempe Jadi Kecil
Kenaikan upah tenaga kerja juga berpengaruh terhadap usaha produksi tempe.
Advertisement