Liputan6.com, Jakarta -
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai ke level Rp 12.264 di awal pekan ini murni karena faktor eksternal, terutama penguatan ekonomi AS.Â
Â
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, pelemahan ini terimbas dari penguatan ekonomi di AS sehingga berdampak ke mata uang negara lain termasuk Indonesia.
Â
"Khususnya karena perbaikan ekonomi di AS. Lihat saja diantara negara maju hanya AS yang menunjukkan penguatan ekonomi secara teratur," papar dia saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (1/12/2014).Â
Â
Sementara negara lain, kata Agus, ekonomi Eropa tengah lesu, Jepang mengalami resesi dan Tiongkok yang terus berupaya menjaga pertumbuhan ekonominya supaya tidak terus menurun. "Jadi (pelemahan rupiah) ini cerminan dari nilai tukar AS yang menguat," cetus dia.
Â
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, pelemahan nilai tukar bukan saja terjadi di Indonesia tapi seluruh mata uang regional.
Â
"Mata uang Malaysia, Filiphina dan Thailand terhadap dolar AS melemah. Jika regional nggak melemah, baru ada faktor dari Indonesia," terangnya. Â Â
Â
Sekadar informasi, Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (1/12/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah terus merosot dan menyentuh level 12.264 di awal pekan. Angka tersebut melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu saat rupiah ditutup di level 12.196 per dolar AS.
Â
Sementara data valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah melemah hingga 0,53 persen ke level 12.270 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:26 waktu Jakarta. Di awal sesi, nilai tukar rupiah juga dibuka melemah di level 12.235 per dolar AS.
Â
Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tampak terus berfluktuasi melemah dan bertengger di kisara 12.235 hingga 12.275 per dolar AS.(Fik/Nrm)