Liputan6.com, Jakarta - Setelah melemah ke level terendah dalam hampir 11 bulan terakhir, nilai tukar rupiah masih terus mengalami koreksi. Volume ekspor yang berkontraksi lebih parah dari prediksi serta peningkatan inflasi menjadi penyebab terperosoknya nilai tukar rupiah.
Data valuta asing Bloomberg, Selasa (2/11/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah di level 12.298 per dolar AS. Nilai tukar rupiah juga sempat menyentuh level 12.291 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:31 waktu Jakarta.
Baca Juga
Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah terus berfluktuasi dan bertengger di kisaran US$ 12.272 - 12.298 per dolar AS.
Advertisement
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah mengalami koreksi 12 poin ke level 12.276 per dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut realisasi inflasi di November 2014 sebesar 1,5 persen karena imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kebijakan tersebut memberikan dampak langsung maupun tidak langsung bagi pergerakan inflasi.
Tingkat inflasi melaju sangat cepat ke level 6,23 persen dan merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir. Sementara indeks manufaktur anjlok ke level terendah sepanjang November setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan menaikkan harga BBM.
"Data ekonomi saat ini cukup negatif bagi rupiah. Data impor menunjukkan nilai tukar rupiah masih rapuh sememntara pelemahan ekspor menunjukkan lemahnya proyeksi ekonomi Indonesia ke depan," ungkap Ekonom Dai-ichi Research Institute Inc di Tokyo, Toru Nishihama.
Sebelumnya, volume ekspor anjlok 2,21 persen pada Oktober jika dibandingkan pada periode yang sama setahun lalu. Nilai impor juga tercatat melemah 2,21 persen.(Sis/Nrm)