Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Pertamina (Persero) mengakui mengalami kerugian dalam penjualan BBM bersubsidi selama 5 tahun terakhir.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina, Suhartoko mengatakan, pihaknya mengalami kerugian sebesar Rp 4,5 triliun pada 2009. Kerugian ini kemudian terus mengalami penurunan hingga 2013. Namun pada tahun ini kerugian tersebut berpotensi kembali meningkat.
Baca Juga
"Pada 2010 kami rugi Rp 3,34 triliun, 2011 ruginya Rp 900-an miliar, 2012 Rp 800-an miliar, dan tahun 2013 ruginya Rp 350 miliar," ujar Suhartoko di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2014).
Menurut Suhartoko, kerugian ini disebabkan oleh biaya pengadaan BBM bersubsidi oleh Pertamina lebih tinggi dibanding biaya patokan yang ditetapkan pemerintah yang dihitung dengan formulasi MOPS+alpha.
Dia menjelaskan, biaya pengadaan sendiri terdiri dari berbagai komponen seperti biaya impor minyak mentah, biaya angkutan laut, biaya pengolahan di kilang minyak, biaya distribusi dari pelabuhan, kilang hingga depo, hingga fee untuk para pekerja outsourcing yang juga tidak kecil
Advertisement
Di sisi lain, harga minyak dunia yang terus menurun belakangan ini dinilai tetap tidak mampu menutupi kerugian Pertamina pada tahun ini. "Ini bagusnya cuma di November-Desember saja," tandasnya. (Dny/Ahm)