Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia saat ini masih berkutat di bawah US$ 70 per barel. Namun di tengah menurunnya harga minyak tersebut, pemerintah justru menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Usai BBM naik, harga minyak masih melanjutkan tren penurunannya. Maka dari itu banyak kalangan yang mendorong pemerintah untuk kembali menurunkan harga BBM bersubsidi.
Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi, Faisal Basri mengungkapkan tidak harus pemerintah mengikuti harga minyak dunia yang turun untuk kebijakan mengenai subsidi.
"Kalau harga lebih tinggi dari pada ongkosnya, sisa laba bersih minyak, kita tabung. Itu bisa dilakukan pemerintah sehingga kalau harga minyak naik lagi, kita tidak perlu naikin karena pakai tabungan ini dulu‎," kata Faisal di Gedung Bank Indonesia, Kamis (4/12/2014).
‎Hal itu dapat dilakukan mengingat premium dan solar masih disubsidi oleh pemerintah. Berbeda jika hal itu untuk BBM non subsidi yang notabene selalu naik dan turun setiap dua minggu mengikuti harga minyak dunia.
‎Lebih lanjut menurut Faisal harga BBM bersubsidi saat ini sudah pas dalam hal membantu peningkatan anggaran pembangunan pemerintah dan disisi lain juga sesuai dengan porsi program kompensasi pemerintah.
"Harga sekarang yang Rp 8.500 per liter‎ itu sudah mendekati harga keekonomian lah, dan kalau lihat harga minyak itu jangan per hari atau per minggu, tapi 365 hari," tegasnya. (Yas/Ndw)
Alasan RI Tak Perlu Turunkan Harga BBM Saat Minyak Anjlok
Harga minyak dunia saat ini masih berkutat di bawah US$ 70 per barel.
Advertisement