Sukses

Harga Kedelai Impor Masih Tinggi

Produsen tempe lebih memilih pakai kedelai impor untuk membuat tempe karena ukuran kedelai impor lebih besar ketimbang lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Kedelai impor masih bertahan dengan harga tinggi. Hal itu terjadi sejak pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Akibatnya perajin tempe di Semarang mengurangi ukuran tempe.

Menurut Ruba'i, perajin tempe asal Kelurahan Tandang Semarang yang menjadi sentra produksi tempe, harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 8.000 per kilogram (Kg).

"Sebelum ada kenaikan harga BBM harga jualnya justru sudah naik terlebih dahulu menjadi Rp 8.000/kg dari sebelumnya Rp7.700/kg," kata Ruba'i, Senin (8/12/2014).

Meski margin keuntungan berkurang karena harganya stabil. Namun biaya transportasi mengalami kenaikan sehingga tambah beban.
Apalagi pembuatan tempe, para perajin masih memanfaatkan kedelai impor. Hal itu disebabkan karena ukuran kedelai impor lebih besar butirannya. Jika menggunakan kedelai lokal, dibutuhkan kedelai lebih banyak.

"Selisihnya cukup banyak. Dalam jumlah timbangan yang sama, jumlah tempe yang dihasilkan lebih sedikit kalau dengan kedelai lokal. Tapi dari sisi rasa katanya lebih pulen, karena kedelainya lebih padat," kata Ruba'i.

Meski bertahan cukup tinggi, namun  harga kedelai cenderung stabil, karena permintaan juga stabil. Untuk wilayah Tandang, permintaan kedelai dalam sehari, berkisar 1,5 ton-2 ton dengan jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kudus mencapai puluhan orang. (Edhie P/Ahm)