Sukses

Alasan Dolar AS Masih Jadi Raja Mata Uang Dunia

Mengapa dolar Amerika Serikat (AS) terus bisa menjadi raja mata uang dunia? ini alasannya.

Liputan6.com, Jakarta Mengapa dolar Amerika Serikat (AS) terus bisa menjadi raja mata uang dunia? Pertanyaan tersebut ternyata juga menjadi teka-teki yang membuat penasaran banyak pihak, bahkan sekelas ekonom handal dan berpengalaman juga merasakan hal serupa.

Banyak ekonom mempertanyakan alasan dolar  AS masih menjadi mata uang paling berpengaruh di dunia meskipun saham gobal di AS kini tengah terkikis.

Mengutip laman CNBC, Senin (8/12/2014), Bank for International Settlements, sebuah lembaga yang dikenal sebagai banknya seluruh bank sentral di dunia merasa telah menemukan jawabannya.

"Kami berpendapat bahwa peran dolar justru tidak mencerminkan kontribusi ekonomi yang dihasilkan di berbagai negara, dengan tingkat nilai tukar dolar AS yang relatif stabil atau dikenal dengan `The Dollar Zone`," seperti tertulis dalam laporan Bank for International Settlements.

Pada 1978, sejumlah ekonom di Robert Heller dan Malcolm Knight untuk pertama kalinya berhasil menemukan fakta bahwa rata-rata 66 persen cadangan dana asing di berbagai negara di dunia disimpan dalam bentuk dolar. Bahkan hingga saat ini, jumlah tersebut belum banyak berubah dengan data statistik dari IMF yang menunjukkan sekitar 60 persen dana asing disimpan dalam bentuk dolar.

Menurut Robert McCauley dan Tracy Chan sebagai penulis laporan BIS, semakin tinggi korelasi harga antara mata uang suatu negara dengan dolar, maka semakin tinggi cadangan dana berdenominasi dolar di negara tersebut.

Laporan tersebut juga menyebutkan, dolar tetap menguat bahkan saat mata uang besar lainnya melemah hingga 18 persen sejak 1978. Dan dalam 36 tahun tersebut, kontribusi ekonomi terhadap produk domestik bruto dunia hanya melemah enam persen saja.

"`The Dollar Zone` masih berkonstribusi lebih dari setengah output perekonomian global. Di berbagi negara yang mata uangnya lebih stabil terhadap dolar daripada euro, komposisinya membuat dolar menghasilkan pendapatan yang lebih stabil khususnya untuk mata uang tersebut," ungkap kedua ekonom BIS tersebut.

Survei yang dilakukan BIS tercatat melibatkan 24 negara yang mewakili 28 persen cadangan dana asing di luar tiga negara dengan perekonomian terbesar dunia. Sampel sektor swasta juga dilibatkan dengan pola simpanan cadangan dana asing serupa. (Sis/Ndw)

Video Terkini