Sukses

Bisnis Ritel Dikuasai Asing, BUMN Harus Bertindak

Fenomena bisnis ritel yang dikuasai investasi dari pemilik modal asing mendorong Rajawali Nusantara Indonesia untuk masuk bisnis ritel itu.

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan manajemen PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membuka outlet Waroeng Rajawali  ternyata bukan hanya sebagai upaya cari untung semata.

Di balik pendirian Waroeng Rajawali, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan, langkah tersebut merupakan upaya idealisasi BUMN untuk mengimbangi fenomena ritel asing di Tanah Air. Tak hanya ritel kecil, bisnis ritel besar seperti Carefour dan Lotte Mart terus menjamur di kota-kota besar.

"Fenomena bisnis ritel yang diawali Indomaret dan Alfamart kini diikuti bisnis ritel modern internasional seperti Lawson, Circle-K, dan Seven Eleven yang secara masif menyerbu kota besar," tutur Ismed dalam acara temu bisnis calon mitra Waroeng Rajawali di Jakarta, Rabu (10/12/2014).

Akibatnya, bisnis ritel di Indonesia masih dikuasai investasi dari para pemilik modal asing. Fenomena penyebaran bisnis ritel asing tersebut, menurut Ismed gagal diantisipasi lembaga-lembaga BUMN.

"Kalaupun 2012 ada bulogmart, itu tidak dikelola sendiri tapi diserahkan ke Indomaret. PT Pos juga bikin mart tapi dikelola ritel lain," kata Ismed.

Ismed menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi secara makro terus membaik. Selain itu, pertumbuhan kelas menengah ke atas juga terus meningkat dengan daya beli yang baik.

Artinya, pada titik ini, ketika ritel internasional aktif bergerak, BUMN tidak boleh diam dan harus aktif mengikuti proses pertumbuhan tersebut.

"Rajawali tidak boleh inklusif. Saya minta manajemen Rajawali Mart untuk mengundang teman-teman dari koperasi BUMN untuk ikut membuka gerai Waroeng Rajawali," tandasnya. (Sis/Ahm)

Video Terkini