Liputan6.com, Jakarta - Serbuan gula rafinasi ke pasar-pasar di Tanah Air membuat gula produksi pabrik BUMN menjadi kurang laku. Akibatnya, pabrik gula BUMN menanggung kerugian yang sangat besar sepanjang 2014.
"Tahun ini, seluruh pabrik gula BUMN di Indonesia menanggung rugi hingga Rp 2,5 triliun lantaran gula tidak bisa dijual ke pasar," ungkap Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro di Jakarta, Rabu (10/12/2014).
Ismed menjelaskan, masyarakat memilih gula rafinasi karena harganya yang jauh lebih murah. Padahal menurutnya, gula rumah tangga olahan pabrik gula BUMN jauh lebih manis.
Advertisement
"Gulanya tidak manis. Satu sendok gula tebu itu sama dengan dua sendok gula rafinasi. Itu kata masyarakat bukan kata saya," terangnya.
Dia mengatakan, harga rafinasi murah karena tidak dikenakan pajak. Sementara gula tebu dikenakan pajak dan menurutnya pemerintah tidak fair dalam hal tersebut.
"Tapi tidak ada tindakan dari kementerian terkait terhadap serbuan gula di pasar konsumen rumah tangga padahal melanggar hukum, tapi tidak ada tindakan, dibiarkan saja," pungkasnya. (Sis/Ndw)
Â