Liputan6.com, Bukit Tinggi - Penggunaan uang tunai untuk melakukan transaksi di Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Prosentase penggunaan uang tunai mencapai 85 persen dari nilai transaksi US$ 500 miliar, sementara Malaysia sudah mencapai 42 persen dan Singapura 39 persen.Â
VP Electronic Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Budi Hartono mengatakan, penggunaan uang tunai sebenarnya memiliki beberapa risiko.
"Banyak masalah pada penggunaan uang cash," jelas dia saat Training Wartawan di Bukit Tinggi Sumatera Barat, Jumat (12/12/2014).
Dia menyebutkan beberapa masalah tersebut mulai dari penggunaan uang tunai mahal. Mulai dari produksi, penyimpanan, pengiriman hingga penghancurannya.
Itu pula yang membuat pemerintah masih mengeluarkan dana besar pada pengadaan uang tunai atau kartal tersebut.
Kekurangan lain, penggunaan uang tunai sulit tercatat di perbankan karena transaksi tersebut berada di luar sistem. Hal ini pun berpotensi menimbulkan kolusi, serta memicu transaksi di pasar gelap (shadow market).
Dia mengungkapkan, ada sebuah studi yang menyebutkan bila pengurangan transaksi tunai hingga 10 persen bisa mengurangi potensi adanya pasar gelap hingga 5 persen.
"Idealisme Bank Mandiri untuk mengubah kebiasaan masyarakat (dalam penggunaan uang tunai ini)," jelas dia. (Nrm/Gdn)
Dibanding Negara Tetangga,Orang RI Masih Suka Pakai Uang Tunai
Penggunaan uang tunai sulit tercatat di perbankan karena transaksi teraebut berada di luar sistem.
Advertisement