Liputan6.com, Jakarta- Turunnya harga minyak dunia berpengaruh pada pendapatan negara dari sektor Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Indonesia gagal mendapat penerimaan Rp 200 triliun dari sektor minyak dan gas (migas) gara-gara anjloknya harga minyak.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memperkirakan penghematan subsidi dari kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 2.000 per liter mencapai Rp 120 triliun. Jika harga minyak tidak mengalami penurunan, pendapatan sektor migas digabung dengan penghematan BBM bersubsidi tersebut bisa mencapai Rp 200 triliuan.
"Sebenarnya Rp 200 triliun tapi karena migas mengalami penurunan jadi penerimaannya Rp 120 triliun," ungkapnya.
Sudirman mengungkapkan, penghematan tersebut akan dialihkan ke sektor produktif seperti pembangunan irigasi pertanian, infrastruktur kelistrikan dan jaringan gas.
"Pemerintah genjot irigasi, jalan, perikanan, listrik terutama infrastsruktur," tuturnya.
Karena adanya tambahan anggaran tersebut, sudirman menawarkan jajaran eselon I untuk mengajukan tambahan program pembangunan infrastruktur.
"Masih diberi ruang kita diberikan susulan relokasi, barang kali energi baru terbarukan, listrik, dan juga gas," pungkasnya.
Baca Juga
Sekadar informasi, harga minyak dunia semakin tertekan pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Harga minyak acuan Amerika Serikat melemah di bawah US$ 60 pertama kali dalam lima tahun.
Advertisement
Harapan terhadap stimulus dari bank sentral global dan penguatan data ekonomi Amerika Serikat (AS) membuat harga minyak di atas US$ 60, akan tetapi pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual.
Di New York Mercantile Exchange, harga minyak jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun 99 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 59,65 per barel.Harga minyak ini termasuk di level terendah sejak 14 Juli 2009. Sejak 20 Juni 2014, harga minyak acuan AS telah turun 44 persen.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent turun 0,9 persen menjadi US$ 63,68 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak acuan Eropa ini berakhir di level terendah sejak 16 Juli 2009. (Pew/Ndw)