Sukses

FAO: Kelangkaan Pangan Bikin Ekonomi Dunia dalam Bahaya

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebarkan peringatan tentang ketahanan pangan yang kian memburuk di seluruh penjuru dunia

Liputan6.com, New York - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menyebarkan peringatan terhadap ketahanan pangan yang kian memburuk di seluruh penjuru dunia. Jika kelangkaan pangan tak segera ditangani, maka hal tersebut akan berdampak negatif pada dunia dan perekonomiannya.

Meskipun jumlah beberapa produksi pangan seperti beras meningkat, tapi sejumlah konflik dan virus tahun ini menyebabkan pasokan pangan masih kurang.

Mengutip laman Standard Media, Senin (15/12/2014), laporan bertajuk 'Crop Prospects and Food Situation Report' yang dirilis pekan lalu menunjukkan kelangkaan pangan kini mengancam 38 negara di dunia. 29 negara berada dari Afrika meskipin selama setahun terakhir 2,5 miliar ton gandum telah diproduksi.

Peningkatan produksi beras juga terjadi dengan jumlah 0,3 persen lebih tinggi dibandingkan 2013. Meski peningkatan yang terjadi cukup mengesankan, tapi ancama kelangkaan pangan terhadap sejumlah negara dan perekonomiannya masih akan tetap terjadi.

Kelangkaan pangan tahun ini disebabkan konflik di sejumlah wilayah, cuaca ekstrim serta virus Ebola yang menjangkiti banyak penduduk Afrika.

"29 dari 38 negara yang terancam kelangkaan pangan berasal dari Afrika, lebih banyak tiga negara dari yang dilaporkan pada Oktober," seperti ditulis para analis FAO.

Menurut catatan FAO, virus Ebola merupakan kejuta besar yang mengoyak sektor pangan dan pangan Afrika Barat. Pasalnya, virus tersebut menyebar saat padi dan gandum baru di tanam di Liberia, Sierra Leone dan Guinea.

Satu per tiga dari seluruh populasi di 38 negara tersebut membutuhkan bantuan pangan secepatnya. FAO memprediksi total produksi pangan secara keseluruhan dapat berjumlah 58 persen di bawah rata-rata meskipun meningkat dibandingkan tahun lalu.

Harga kebanyakan komoditas pangan dunia juga tercatat meningkat sebanyak 70 persen tahun ini. Menurut FAO, penurunan produksi sereal dipengaruhi peningkatan produksi ubi yang mencapai 45 persen. (Sis/Ndw)

Video Terkini