Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah meluncur ke level terendah sejak 2008, melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level 12.933 per dolar Amerika Serikat (AS).
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah tetap tak akan melakukan intervensi. Ia juga meminta masyarakat agar tidak resah.
"Tidak perlu resah karena itu ada yang kemahalan tapi ada yang memberi manfaat. Itu masyarakat yang mengkonsumsi barang impor, iya (was-was). Tapi yang menghasilkan barang ekspor, akan mendapatkan manfaat. Yang tanam kopi, cokelat, karet. Tidak semua masyarakat yang susah. Banyak juga yang senang," kata JK usai membuka Munas PMI ke XX, di JCC, Jakarta, Selasa (16/12/2014).
JK kembali menjelaskan melemahnya rupiah terjadi karena menguatnya dolar AS untuk semua mata uang di Asia. Bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Indonesia masih lebih beruntung depresiasinya.
"Kita masih lumayan justru. Dari Januari ke Desember hanya bergerak 4 persen. Tapi kalau Jepang malah 40 persen. Malaysia lebih-lebih lagi," terang JK.
Ia juga menuturkan kondisi demikian, baik untuk ekspor Indonesia. Artinya, lanjut JK, barang-barang ekspor makin mahal Rupiahnya. "Impor juga mahal. Jadi orang akan mengimpor dan ekspornya ada insentifnya. Itu mekanisme menekan defisitnya," imbuhnya.
"Kita stabilkan kebutuhan pokok seperti beras, gula, daging, kita kurangi inflasi," tandas JK.
Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014), sebelumnya nilai tukar rupiah melemah ke level 12.920 per dolar AS. Itu merupakan level terendah sejak perdagangan 21 November 2008. Saat itu, Rupiah menyentuh level 12.768 perdolar AS.
Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Angka tersebut juga menunjukkan level terendah rupiah sejak November 2008. (Alvin/Ndw)