Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) gencar mengembangkan Pasar Lelang Komoditas (PLK) guna memutus rantai perdagangan dan para petani di daerah serta mengubah pola pikirnya agar menjadi petani modern, yakni sebagai petani sekaligus pengusaha.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kemendag Sutriono Edi memastikan pihaknya terus melakukan terobosan untuk menggenjot kesejahteraan petani dan pedagang.
Setelah Semarang dan Bali, kini Sutriono Edi meluncurkan PLK di Sidoarjo, Jawa Timur. PT Puspa Agro diresmikan sebagai penyelenggara PLK.
Advertisement
PLK dikembangkan untuk memperpendek mata rantai perdagangan, memberikan kepastian harga, kualitas, kuantitas, dan penyerahan tepat waktu serta cara menyimpan produk pertanian dengan biaya yang paling rendah.
"Kami ingin mengubah pola pikir petani yang sederhana menjadi modern, yakni petani pekerja menjadi petani pengusaha," ujar Sutriono dalam keteragannya, Rabu (17/12/2014).
Dia mengatakan, dalam menghadapi MEA 2015, PT Puspa Agro harus bisa memberdayakan petani dan terus memperluas serta memperkuat jaringan pasar.
Selain itu, PT Puspa Agro juga diharapkan terus memperluas akses untuk memasarkan hasil panen petani dan menghasilkan komoditas yang
Menurutnya, salah satu tujuan PLK menciptakan insentif bagi peningkatan produksi dan mutu serta peningkatan pendapatan petani produsen adalah karena petani akan memiliki kepastian harga.
PLK akan menciptakan transparansi harga yang wajar, sehingga memungkinkan petani merencanakan pola budi daya tanam. Dengan demikian, petani lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas.
Seperti diketahui, nilai transaksi PLK nasional pada periode Januari-November 2014 tercatat sebesar Rp 693,7 miliar. Hingga November 2014, tercatat lima jenis komoditas dengan nilai transaksi terbesar nasional, yaitu beras (Rp 239,1 miliar, total volume 28.867 ton); jagung (Rp 81,1 miliar, total volume 30.501 ton); sapi (Rp 61,5 miliar, total volume 2.398 ton); ikan nila (Rp 24,1 miliar, total volume 1.032 ton); dan cokelat (Rp 23,6 miliar, total volume 739 ton).
Saat ini, nilai transaksi PLK di Jawa Timur pada 2014 tercatat sebesar Rp 180,7 miliar dengan lima jenis komoditas yang mempunyai nilai transaksi terbesar di Jawa Timur, adalah sapi (Rp. 50,2 miliar, total volume 1.882 ton); beras (Rp. 41,6 miliar, total volume 5.058 ton); cabe (Rp. 11,2 miliar, total volume 295 ton); kentang (Rp. 9,9 miliar, total volume 1.638 ton); dan jagung (Rp. 9,3 miliar). (Nrm)