Liputan6.com, Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) menilai penghapusan Ron 88 atau setara dengan Premium berpotensi menambah beban PT Pertamina (Persero).
Presiden Konfederasi Serikat Pekerta Migas Indonesia (KSPMI), Faisal Yusra mengatakan, kilang Pertamina berstatus kilang tua hanya mampu hasilkan produksi Ron 92-96 sebesar 200 ribu barel per bulan.
Ron 92 atau setara dengan Pertamax yang dihasilkan Kilang Pertamina terbatas, maka perlu diimpor Ron 92. Hal Ini justru akan menaikkan biaya produksi BBM Pertamina, sehingga beban Pertamina bertambah.
Advertisement
"Jika Premium Ron 88 dihilangkan, maka product valuable kilang Pertamina jadi jeblok. Hancur," kata Faisal, di Jakarta, Senin (22/12/2014).
Selain Ron 92, kilang Pertamina juga menghasilkan Naptha dengan Ron sekitar 75 sebesar 3.5 juta barrel per bulan. Naptha merupakan material pokok yang akan diblending dengan Ron 92 sehingga menjadi Premium Ron 88.
Dengan bertambahnya beban Pertamina. Menurut Faisal, mendorong pesaing yaitu perusahaan asing akan merajalela. Pesaing Pertamina yang ada saat ini hanya memilih menjual BBM di kota besar saja.
"Apalagi mereka tidak punya kewajiban dan kemauan untuk supply bbm ke pelosok tanah air," tutur Faisal.
Ia menambahkan, jika Ron 92 ditetapkan sebagai BBM bersubsidi, maka dipastikan orang kaya menggunakan Ron 92 subsidi.
"Begitu juga dengan sepeda motor yang selama ini banyak gunakan Pertamax biasa Ron 92 non subsidi. Maka BBM Ron 92 bersubsidi akan kembali jebolkan subsidi pemerintah," pungkasnya. (Pew/Ahm)