Liputan6.com, Doha - Tahun 2014 akan segera berakhir dengan kondisi ekonomi global yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan dengan risiko pelemahan yang cukup signifikan. Beberapa risiko pertumbuhan ekonomi global bahkan akan berlanjut hingga tahun depan.
"Melihat kembali ke 2014, terjadi pemulihan yang stagnan di ekonomi dunia yang akhirnya mampu keluar dari stimulus ekonomi AS. Realitasnya, kini sangat berbeda dari kondisi tersebut," ungkap para analis QNB Group, bank terbesar di Timur Tengah, seperti dikutip dari Arab News, Kamis (25/12/2014).
Pemulihan ekonomi AS juga terjadi sangat cepat melampaui prediksi para analis sepanjang 2014. Meski terjadi pelemahan di kuartal pertama, tapi AS berhasil bangkit dengan cepat pada dua kuartal berikutnya.
Advertisement
Sementara pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang melambat lantaran anjloknya harga minyak global.
Bagaimana kondisi ekonomi global tahun depan? Berikut prediksinya seperti dikutip dari laporan QNB Research:
1. Suku bunga The Fed
The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya pada 2015. Berbeda dengan prediksi konsesus yang memprediksi adanya kenaikkan suku bunga di kuartal-II 2015, QNB yakin tekanan disinflasi global dan penguatan dolar As akan membuat inflasi tetap di dekat level nol pada 2015.
Hasilnya, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga seperti yang diperkirakan mengingat tingkat inflasi masih berada di bawah target 2 persen. Jika The Fed memang menaikkan suku bunganya, maka dampaknya pada ekonomi global akan benar-benar buruk.
2. Resesi Eropa
Zona euro akan memasuki deflasi dan resesi lain. Penurunan tajam harga minyak akan mendorong zona euro masuk ke era deflasi pada 2015 dengan sejumlah upaya dari Bank Sentral Eropa untuk menghindari berbagai kerugian.
Kondisi ini akan menyebabkan investasi dan konsumsi yang jauh melemah dan mendorong mata uang di area tersebut masuk ke jurang resesi.
3. Pertumbuhan ekonomi China
Momentum pertumbuhan ekonomi China akan melambat di tengah kuatnya arus deflasi. Penurunan harga rumah dan harga komoditas global yang melemah akan terus menekan permintaan domestik dan menciptakan tekanan disinflasi yang sangat kuat.
Pemerintah china sebaiknya mencoba melakukan stimulus lebih jauh pada perekonomiannya meski tak akan cukup untuk menghindarkan negaranya dari perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan itu juga akan mendorong inflasi ke dekat nol.
4. Krisis negara eksportir minyak
Beberapa negara berkembang yang mengekspor minyak akan terjerumus pada krisis neraca pembayaran. Penurunan harga minyak dunia akan mendorong negara-negara seperti Rusia dan Venezuela gagal membayar utangnya yang sudah jatuh tempo.
Kondisi tersebut juga dapat menular ke negara berkembang lain dan mendorong lembaga internasional untuk campur tangan.
5. Harga komoditas
Rendahnya harga komoditas dan pelemahan ekonomi global akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara eksportir minyak.
Seperti saat ini, penurunan harga minyak akan mendorong perlambatan program investasi infrastruktur yang ambisius di beberapa negara besar.
Secara keseluruhan, pertumbuhan global pada 2015 akan melemah lebih jauh daripada tahun ini. Mengacu pada proyeksi IMF World Economic Outlook pada Oktober, ekonomi global akan tumbuh dari 3,3 persen ke level 3,8 persen pada 2015. (Sis/Nrm)
Â
Â
Â