Liputan6.com, New York - Hilangnya pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 menuju Singapura tampaknya menambah beban baru bagi Indonesia AirAsia, salah satu anak usaha AirAsia Group yang berbasis di Malaysia. Sebelum insiden tersebut, selama tiga bulan hingga September, Indonesia AirAsia sebenarnya telah mencatatkan penurunan jumlah penumpang.
Mengutip laman BBC News, Senin (29/12/2014), Dalam tiga bulan terakhir hingga September, AirAsia Group telah mendulang laba sebesar 26,5 juta ringgit. Selama tiga bulan tersebut, AirAsia Group telah menerbangkan sebanyak 5,3 juta penumpang.
Meski secara group jumlah penumpang yang diterbangkan oleh AirAsia mengalami peningkatan, namun jika ditarik Indonesia AirAsia sendiri justru mengalami menurun sebesar 10 persen dalam kurun waktu yang sama.
Jumlah penumpang Indonesia AirAsia menurun 1,85 juta orang setelah maskapai tersebut menutup beberapa rutenya. Sepanjang 2013, Indonesia AirAsia telah menerbangkan delapan juta penumpang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia AirAsia sudah menggaungkan rencananya untuk melantai di bursa saham. Tapi rencananya untuk menggelar IPO harus tetunda lantaran meningkatnya biaya terbang dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS tahun ini.
Insiden yang dialami para penumpang Indonesia AirAsia ini diprediksi akan menahan rencana perusahaan penerbangan tersebut untuk menggelar IPO.
Sejauh ini, Indonesia AirAsia hanya menerbangkan satu jenis pesawat, Airbus A320. Pesawat A320 dapat menampung antara 150 hingga 180 penumpang dan terkenal memiliki tipe sayap berbeda yang dirancang untuk menghemat bahan bakar.
Pihak AirBus menjelaskan, A320 yang digunakan pada penerbangan QZ8501 telah mengantongi pengalaman 23.000 jam terbang dengan lebih dari 13.600 penerbangan. (Sis/Gdn)
Hingga September, Total Penumpang Indonesia AirAsia Sudah Menurun
Selama tiga bulan hingga September, Indonesia AirAsia tercatat telah mengalami penurunan jumlah penumpang karena penutupan sejumlah rute
Advertisement