Sukses

Pengusaha Angkutan Umum Keluhkan Melambungnya Harga Suku Cadang

Organda berharap pemerintah memberikan insentif fiskal termasuk menurunkan tingkat suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha angkutan darat menilai 2014 menjadi tahun yang berat bagi bisnis angkutan di dalam negeri. Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda), Eka Sari Lorena mengatakan, salah satunya beban berat yang harus ditanggung oleh angkutan darat adalah kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi pada November lalu.

Keputusan ini justru diambil saat harga minyak dunia tengah mengalami penurunan sehingga akhirnya kebijakan ini tidak berlangsung lama dan pemerintah akhirnya kembali menurunkan harga BBM jenis premium dan solar.

"Kenaikan BBM di Indonesia dilakukan pada saat harga Minyak per barrel terus turun, dimana di APBN Harga BBM dihitung pada Harga Minyak Per Barel US$ 105 per barrel dan sekarang harga minyak per barrel US$ 55," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/1/2014).

Selain masalah BBM, pengusaha angkutan umum juga diberatkan dengan semakin mahalnya harga suku cadang kendaraan akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Terlebih lagi 60 persen suku cadang yang dibutuhkan angkutan umum saat ini masih impor. Terlebih lagi kenaikan ini juga diperparah dengan naiknya harga BBM.

"Harga spare part angkutan umum 1 tahun terakhir naik rata-rata 15 persen hingga 30 persen. Dan dengan kenaikan BBM, naik lagi dengan rata-rata kenaikan tambahan 10 persen hingga 25 persen. Ini memberatkan dan tidak di antisipasi regulator hal ini, tidak seperti Industri lain yang lebih terantisipasi oleh regulator akan dampak kenaikan BBM," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Eka berharap pemerintah memberikan insentif fiskal termasuk menurunkan tingkat suku bunga sehingga pengusaha memiliki kemampuan untuk merevitalisasi kendaraan angkutan umumnya. (Dny/Gdn)

Video Terkini