Liputan6.com, Jakarta- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan empat perusahaan tersandung persoalan investasi di sektor pertanian, peternakan sapi dan hortikultura. Empat perusahaan ini rencananya akan membenamkan modal di Indonesia dengan nilai mencapai Rp 3,6 triliun.
Kepala BKPM Franky Sibarani membuka identitas keempat perusahaan yang berkutat pada bidang perkebunan. Empat perusahaan perkebunan ini terintergrasi dengan industri minyak sawit. Â
"Ada empat perusahaan perkebunan yang terkendala investasi. Nilainya sebesar Rp 3,6 triliun," ujar dia tanpa bersedia menyebut nama perusahaan di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Data Franky menunjukkan, total realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang industri pengolaham kelapa sawit, kakao dan karet pada kuartal III 2010-2014 mencapai Rp 136,2 triliun.
Terdiri dari PMDN sebesar Rp 35,1 triliun atau 26 persen dan PMA senilai US$ 10,1 miliar dengan porsi 74 persen. Sebanyak 71 persen dari nilai investasi tersebut disumbang oleh industri pengolahan kelapa sawit. Sedangkan sisanya dikontribusi oleh industri pengolahan karet 18 persen dan kakao 11 persen.
Menurut dia, BKPM tengah mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan investasi ini apakah terkait perizinan investasi atau peraturan yang berlaku.
"Kita akan selesaikan bottlenecking investasi ini supaya ada kepastian hukum maupun aturan di Indonesia," tegas Franky.
Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, investasi di kelapa sawit mulai terganggu sejak Menteri Pertanian membatasi penguasaan lahan perkebunan maksimal 100 ribu hektare (ha).
"Investasi ke depan bakal slow down sejak penerapan aturan tersebut. Sangat mengganggu investasi karena selama ini investasi di trigger pemain-pemain besar yang punya modal da teknologi. Multiplier effect-nya juga bagus, terutama untuk penyerapan tenaga kerja," tegas dia.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri pengolahan kelapa sawit, kakao dan karet mencapai lebih dari 788 ribu orang. Sebanyak 70 persen dari jumlah itu terserap oleh PMA. (Fik/Ndw)