Liputan6.com, Jakarta - Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas mengungkapkan bahwa momentum pemerintah saat menaikkan harga BBM Subsidi dan kemudian menurunkannya kembali sangat tepat.
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri menjelaskan, momentum pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi pada november sangat tepat.
Dalam hitungan dia, selama 10 tahun terakhir, inflasi yang terjadi selama November dan Desember selalu rendah atau berada di bawah 0,5 persen.
Berbeda, pada Januari, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, angka inflasi yang dicetak selalu di atas 1 persen.
"Jadi momentumnya tepat, Harga BBM dinaikkan ketika inflasi rendah, lalu diturunkan ketika inflasi tinggi," jelasnya kepada Liputan6.com, seperti ditulis pada Kamis (8/1/2015).
Faisal juga bercerita, harga crude oil light pada November 2014 masih di kisaran US$ 80 per barel. Setelah itu, harga minyak berangsur turun dan pada Januari 2015 sudah menyentuh di kisaran US$ 50 per barel.
Untuk diketahui, pemerintah pada 18 November 2014 menaikkan harga BBM bersubsidi untuk solar dari RP 5.500 per liter menjadi RP 7.500 per liter sedangkan untuk premium dari RP 6.500 per liter menjadi RP 8.500 per liter.
Sejalan dengan turunnya harga minyak internasional, pada 1 Januari 2015, pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi untuk solar dari Rp 7.500 per liter mejadi Rp 7.250 per liter. Sedangkan untuk premium turun dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter. (Gdn/Ndw)
Faisal Basri: Momentum Penyesuaian Harga BBM Sudah Tepat
Selama 10 tahun terakhir, inflasi yang terjadi selama November dan Desember selalu rendah atau berada di bawah 0,50 persen.
Advertisement