Liputan6.com, Jakarta - Sudah jatuh tertimpa tangga. Kata tersebut mungkin bisa disematkan kepada maskapai penerbangan berbiaya murah Indonesia AirAsia.
Anak perusahaan dari AirAsia Berhad ini harus menghadapi kenyataan bahwa salah satu pesawat yang ditumpangi 162 orang jatuh di Selat Karimata.
Sebelum menghadapi permasalah tersebut, Indonesia AirAsia ternyata sudah mempunyai masalah lain yaitu turunnya kinerja perusahaan. Bahkan, modal perusahaan tersebut minus.
Menengok laporan keuangan perusahaan, pada kuartal III 2014 kemarin atau pada periode Juli, Agustus dan September, mencatatkan laba operasi sebesar RP 76,12 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, laba operasi tersebut mengalami penurunan. Di kuartal III 2013, laba operasi Indonesia Airasia tercatat Rp 113,57 miliar.
Penurunan laba operasi tersebut karena memang terjadi peningkatan yang cukup besar pada biaya operasional, meskipun perusahaan bisa membukukan kenaikan pendapatan.
Pendapatan Indonesia AirAsia pada kuartal III 2014 tercatat Rp 1,72 triliun, naik 7 persen jika dibanding dengan kuartal III 2013 yang tercatat Rp 1,61 triliun.
Pertumbuhan positif pada pendapatan tersebut karena peningkatan tarif tiket rata-rata 18 persen dalam kurun waktu satu tahun. Artinya, pendapatan dari setiap penumpang meningkat 22 persen dalam setahun.
Namun ternyata, biaya operasional Indonesia AirAsia juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Biaya operasional tersebut seperti gaji karyawan dan biaya perawatan pesawat menggerus pendapatan mereka sehingga laba pun menurun.
Modal tergerus
Selain mengalami penurunan laba perusahaan, modal Indonesia AirAsia juga minus. Tercatat, pada September 2014, total modal Indonesia AirAsia minus Rp 2,44 triliun. Menurut Analis Daewoo Secirities Indonesia, Reza Priyambada, modal minus tersebut bisa terjadi karena perusahaan mengalami kerugian.
Ia pun mengungkapkan, jika perusahaan untung, biasanya sebagian keuntungan tersebut akan dimasukkan ke dalam modal agar ekspansi perusahaan lebih tinggi. "Jadi tidak semuanya laba tersebut diberikan kepada pemilik modal," jelasnya.
Demikian juga dengan sebaliknya, jika perusahaan rugi, maka perusahaan akan memotong modal untuk ditambahkan ke perusahaan agar aktivitas tetap berjalan.
Reza pun menganalisis, kemungkinan besar di tahun atau di semester sebelumnya, Indonesia AirAsia terus mengalami kerugian sehingga modal yang disetor oleh perusahaan terus tergerus. "Akumulasi kerugian membuat modal menjadi minus," jelasnya. (Sis/Gdn)
Indonesia AirAsia Modalnya Minus Karena Rugi Beruntun
Modal Indonesia AirAsia pada kuartal III 2014 tercatat minus Rp 2,24 triliun.
Advertisement