Liputan6.com, Florida - Tanpa diduga, bencana alam dapat mengamuk kapan saja dan meluluhlantahkan apapun yang dilewatinya. Untungnya, selama ini industri asuransi selalu mampu menyelamatkan dan menanggung sejumlah klaim atas kerusakan yang disebabkan bencana alam.
Saking besarnya klaim yang harus ditanggung, bahkan terdapat beberapa perusahaan asuransi yang harus menanggung rugi. Salah satu kerugian terbesar yang harus dialami industri asuransi adalah klaim akibat tiga badai maut yang menghantam sejumlah kawasan di Amerika Serikat, Kuba, dan Bahamas sepanjang 2005.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah perusahaan asuransi harus membayar klaim ganti rugi kerusakan hingga mencapai US$ 130 miliar atau Rp 1.644 triliun (kurs: Rp 12.646/US$). Pasalnya, terjadi tiga badai berturut-turut sepanjang 2005 yang ditutup dengan badai Katrina pada 29 Agustus.
Advertisement
Bahkan ekonomi AS ikut terguncang akibat bencana alam tersebut. Tak hanya menewaskan banyak korban, ratusan ribu rumah juga hancur disapu badai. Bagaimana bencana tersebut dapat merugikan dunia asuransi?
Berikut ulasan mengenai badai Katrina dan kerugian yang harus ditanggung pihak asuransi karenanya seperti dikutip dari USA Economy, Business Insider, New York Times, dan sejumlah sumber lain, Jumat (9/1/2015):
Katrina Badai Paling Mematikan
Â
Badai Katrina merupakan salah satu badai paling mematikan yang pernah menghantam Amerika Serikat. Sekitar 1.836 orang tewas dalam badai dan banjir yang terjadi pada akhir Agustus 2005.
Akibat badai tersebut, jutaan warga yang tinggal di sekitar New Orleans dan Gulf Coast menjadi gelandangan. Dua kawasan tersebut juga menjadi lokasi dengan korban jiwa terbanyak.
National Oceanic and Atmospheric Administration mengungkapkan, Katrina merupakan salah satu badai paling destruktif dengan kecepatan angin mencapai 25 hingga 30 nautical mil. Tingkat kerusakan yang disebabkan badai tersebut merupakan yang keenam terkuat di antara bencana serupa lain di Samudera Atlantik.
Kecepatan angin dari badai tersebut mencapai 25 hingga 30 mil per jam dan saat menghadap arah tertentu kecepatannya mencapai 75 mil per jam. Badai Katrina pertama kali terbentuk di Bahamas pada 23 Agustus 2005.
Pusaran badai semakin besar dan terus menyapu sebagian wilayah AS di pagi hari. Katrina pun sampai di Florida pada 25 Agustus dengan kecepatan mencapai 65 kilometer per jam.
Advertisement
Kerugian yang Ditanggung Asuransi dari 3 Amukan Badai
Â
Sepanjang 2005, Amerika Serikat dilanda kerusakan luar biasa disebabkan tiga bencana sekaligus yaitu badai Katrina, Rita dan Wilma. Kehancuran dan kerusakan luar biasa diciptakan tiga badai tersebut, terutama badai Katrina, membuat perusahaan asuransi harus membayar ganti rugi hingga senilai US$ 130 miliar atau Rp 1.644 triliun.
Tragisnya, sebanyak 3.865 tewas terbunuh dalam rangkaian bencana tersebut. Sementara kerugian yang disebabkan badai Katrina berkisar antara US$ 96 miliar hingga US$ 125 miliar.
Sekitar US$ 72,3 miliar atau Rp 882,2 triliun dari biaya kerusakan akibat badai Katrina akhirnya ditanggung pihak asuransi.
Dana asuransi tersebut digunakan untuk mengganti sekitar 300 ribu rumah yang hancur dan tidak mungkin untuk dihuni kembali. Sedikitnya 118 juta meter kubik puing-puing berserakan akibat badai tersebut dan membuat upaya pembersihan berlangsung sangat lamban.
Sekitar 200 korban tewas lain tak berhasil diidentifikasi. Sementara lebih dari 600 ribu hewan peliharaan tewas atau kehilangan pemiliknya.
Profesor University of North Texas Bernard Weinstein memprediksi kerugian ekonomi yang harus ditanggung pemerintah AS mencapai US$ 250 miliar. Itu lantaran dirinya tak hanya merusak kerusakan saja tapi juga dampaknya pada produksi minyak dan gas yang berpengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi AS.
Ekonomi AS terguncang
Â
Di antara ketiga badai tersebut, badai Katrina tercatat menjadi bencana maut yang juga menggoyahkan ekonomi AS. Pasalnya 19 persen total produksi minyak AS lenyap begitu saja diterpa badai.
Bencana tersebut juga menghancurkan 113 lokasi tambang minyak dan gas (migas). Sebanyak 457 saluran pipa migas juga rusak parah. Kondisi itu menyebabkan harga minyak naik sekitar US$ 3 per barel dan harga gas mencapai US$ 5 per galon.
Untuk menghentikan kenaikan harga migas, pemerintah AS lantas meluncurkan persediaan minyaknya. Dampak Katrina sangat destruktif terutama karena berbagai lahan pertanian juga hancur.
Bencana alam mengerikan tersebut juga merusak jantung industri gula AS di Louisiana dengan nilai jual mencapai US$ 500 juta per tahun. Selain itu, sebanyak 12 bisnis kasino dengan penghasilan US$ 1,3 miliar per tahun juga tak terselamatkan.
Pelabuhan sebagai salah satu akses perdagangan AS juga menyebabkan kerugian ekonomi yang tak kalah besar. Terakhir, sektor pariwisata di New Orleans juga ikut dihantap badai katrina dengan kerugian mencapai US$ 9,6 miliar. (Sis/Nrm)
Â
Advertisement