Sukses

Dua Pekan Harga Premium Turun, Tarif Taksi Tetap Bertahan

Harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600 per liter sejak awal Januari lalu

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600 per liter sejak awal Januari lalu. Namun tarif taksi tetap betah di level tinggi karena merespons kenaikan harga BBM subsidi November 2014.

Salah seorang supir taksi Blue Bird, Dukri BW mengungkapkan, tarif taksi tidak beranjak turun meski pemerintah sudah menyesuaikan harga jual BBM premium atau berkadar oktan 88 itu.

"Tarif taksi nggak berubah, masih Rp 7.500 saat pertama buka pintu dan Rp 40 untuk jarak per 100 meter. Harga ini sudah berlaku sejak 15 Desember lalu sebagai dampak kenaikan harga BBM premium menjadi Rp 8.500 per liter," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (14/1/2015).

Pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini mengaku sebelum harga BBM premium naik pada bulan kesebelas, tarif taksi Blue Bird dan grupnya dipatok Rp 7.000 untuk pertama buka pintu dan selanjutnya Rp 36 setiap 100 meter.

Dukri mengaku tidak tahu alasan manajemen taksi berlogo burung biru itu enggan menurunkan tarif. Sebagai bawahan, dia hanya mengikuti ketentuan tarif yang diberlakukan kantor pusat untuk seluruh pool armada taksi Blue Bird.

"Itu dari pusatnya, jadi saya tinggal jalanin saja termasuk untuk pool. Yang pasti tarif ini sama dengan taksi lainnya,  seperti taksi putih (express), bahkan lebih murah dari taksi Angelia yang dipatok tarif Rp 8.500 per buka pintu," jelas Dukri yang sudah bekerja di perusahaan Blue Bird sejak 8 tahun ini.

Lebih jauh katanya, tarif yang tetap bertahan ini sempat dikeluhkan para penumpang. Namun dijelaskan dia, perusahaan taksi yang belum lama ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut masih mempunyai pelanggan setia.

"Bersyukur penumpang masih banyak yang percaya Blue Bird, jadi tarif naik penurunan penumpang nggak signifikan," ujarnya.

Dalam sehari, kata Dukri, bisa mengangkut puluhan penumpang dengan pemasukan Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu per hari jika sedang ramai. Sedangkan pada saat sepi penumpang, hanya mengantongi Rp 400 ribu.

"Itu kan termasuk ongkos bensin minimal 20 liter sehari. Jika dikalikan Rp 7.600 per liter. Kebutuhan konsumsi ini untuk jarak dekat-dekat, kalau sampai 300 km, bisa 25 liter per hari," pungkasnya. (Fik/Nrm)