Liputan6.com, Jakarta - Rencana pemerintah menurunkan harga BBMÂ premium menjadi Rp 6.500Â per liter dikatakan merupakan bentuk konsekuensi penghapusan subsidi.
Analis Energi Bower Group Asia Rangga R Fadilla mengatakan, dengan pencabutan subsidi BBM untuk premium, maka harganya harus mengikuti harga minyak dunia.
"Dengan pemerintah mencabut subsidi premium berarti memang harga akan mengikuti tren harga minyak dunia," kata Rangga, saat berbicang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (16/1/2015).
Rangga mengungkapkan, saat ini harga minyak dunia sedang ambruk ke level di bawah US$ 50 per barel. Kondisi sudah wajar diikuti dengan penurunan harga BBM premium.Â
Baca Juga
"Harga minyak sekarang masih dalam tren menurun, kalo nggak salah di level US$ 45 per barel sekarang. Jadi kalau memang harga akan diturunkan jadi Rp 6.500, itu adalah konsekuensi penetapan harga berdasarkan mekanisme pasar," ungkap dia.
Seperti diketahui, pemerintah memberikan sinyal harga BBM bersubsidi kembali turun. Dengan perkiraan menjadi Rp 6.400-Rp 6.500 per liter. Hal itu disampaikan langsung Presiden Joko Widodo.
Advertisement
"Harga BBM sebentar lagi juga diumumkan akan turun. Masih belum diputuskan, masih dihitung-hitung berapa harganya. Kemungkinan harga BBM turun lagi Rp 6.400-Rp 6.500," ujar Jokowi.
Ia menegaskan, pemerintah juga bekerja agar harga-harga kembali turun. Harga barang turun tersebut juga dapat menekan inflasi di bawah 5 persen. Ia mengaku, dirinya mendatangi para pemilik usaha kebutuhan pokok setiap dua minggu sekali. Oleh karena itu ia mengingatkan para pelaku usaha juga turut menekan inflasi.
"Di sini juga ada pemilik-pemilik logistik atau distributor besar, sembako agar harga-harga juga ikut turun apalagi yang hobinya menampung stok. Karena saat ini inflasi akan kita tekan ke bawah 5 persen," pungkas Jokowi. (Pew/Nrm)