Liputan6.com, Bern Pemulihan ekonomi Amerika Serikat membuat dolar kini berada di atas awan dan membuat sebagian besar mata uang di dunia melemah. Salah satu mata uang yang kini menderita karena penguatan dolar adalah euro yang melemah hingga ke level terendah selama 11 tahun terakhir.
Mengutip laman CNBC, Sabtu (17/1/2015), euro tercatat terus melemah terhadap dolar dan terpukul hingga ke level terendahnya dalam 11 tahun terakhir di level 1,156 per dolar AS. Euro akhirnya mengalami hari terparah sepanjang sejarah saat melemah 18 persen terhadap dolar AS.
Pelemahan parah tersebut juga dipicu keputusan Swiss National Bank untuk membatasi nilai tukar franc menjadi 1,2 per euro. Para pilang berspkulasi bahwa Swiss melakukan gerakan tersebut karena memahami bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan mengeluarkan kebijakan baru yaitu quantitative easing secara menyeluruh.
Advertisement
Dengan kebijakan tersebut, Bank Sentral Eropa akan mencetak uang ratusan miliar euro dan akan diambil pada rapat kebijakan pada 22 Januari.
"Kondisi saat ini cukup menantang dan mendorong Bank Sentral Eropa untuk mengambil keputsan tersebut. Meski jumlahnya tidak sebanyak yang diklaim saat ini," ungkap pakar strategi mata uang di HSBC London, Daragh Maher.
Setelah ambruk 30 persen pada pertemuan ECB kamis pekan ini, euro melemah ke level terendah terhadap franc Swiss. Euro saat ini diperdagangkan di level 1,009 franc, naik sekitar 3,5 persen dari level terendahnya.
Hilangnya dukungan Swiss terhadap euro menyebabkan mata uang tersebut terus melemah. Bahkan euro menyentuh level terparah terhadap dolar di angka 1,1567.
Level yang tak pernah muncul sejak November 2003. Beberapa bank merekomendasikan aksi jual terhadap euro setelah gerakan yang diambil bank sentral Swiss sebelum euro jatuh lebih para lagi ke angka 1,1 per dolar dari 1,14 per dolar saat ini.(Sis/Nrm)