Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang murah membuat pengembangan program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) sedikit melambat.
Vice Presiden Corporate Commnunication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan, namun meskipun mengalami perlambatan, program yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi BBM tersebut tetap berjalan.
"Mungkin bisa memperlambat, tetapi harus tetap jalan," kata Ali, di Jakarta, Minggu (18/1/2015).
Ali mengungkapkan, konversi BBM ke BBG merupakan program jangka panjang. Pasalnya, ke depan sumber energi gas menjadi andalan.
" Ya konversi kita mulai, tidak tergantung kondisi sekarang saja, ini jangka panjang sehingga masa depan pasokannya adalah gas," paparnya.
Pertamina terus menggenjot penjualan BBG jenis Vi-Gas. Dalam 5 tahun mendatang diharapkan tingkat konsumsi Vi-Gas dan Envogas akan meningkat menjadi sekitar 2,5 juta kilo liter (KL) setara Premium. Optimisme tersebut didukung oleh program investasi perusahaan untuk pembangunan unit-unit penjualan Vi-Gas dan Envogas di SPBU secara terintegrasi, yang ditargetkan sebanyak 150 unit per tahun.
Khusus untuk Vi-Gas, pertumbuhan konsumsinya telah meningkat rata-rata sekitar 40 persen per tahun dari semula 189 KL pada 2008 menjadi 913 KL pada 2013. Melihat tren tersebut dan didukung dengan ketersediaan pasokan, perkembangan teknologi, desain converter kit LGV yang lebih praktis, dan perkembangan desain mobil dual fuel BBM-LGV dunia.
Penggunaan LGV kini menempati urutan ketiga bahan bakar transportasi yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah gasoline dan diesel. Di seluruh dunia, LGV, digunakan oleh lebih dari 23 juta kendaraan dan tersedia di lebih dari 67 ribu stasiun pengisian. (Pew/Gdn)
Pertamina Akui Program Konversi BBM ke BBG Melambat
Dalam 5 tahun mendatang, Pertamina mengharapkan tingkat konsumsi Vi-Gas dan Envogas akan meningkat menjadi sekitar 2,5 juta kilo liter.
Advertisement