Sukses

Kisah Dua Anak Orang Kaya yang Hidup Bagai di Neraka

Remaja kembar Patterson dan Georgia Inman disiksa sejak masih bayi, mulai dari dipukuli, disayat, hingga dipaksa menelan kotoran sendiri

Liputan6.com, New York - Kehidupan anak-anak orang kaya biasanya dipenuhi dengan keceriaan, liburan ke luar negeri, dan berbagai kegiatan menyenangkan lainnya. Kisah indah itu ternyata tidak pernah dicicipi remaja kembar Patterson dan Georgia Inman yang merupakan pewaris harta keluarga bernilai US$ 1 miliar atau Rp 12,6 triliun (Rp 12.594/US$).

Meski lahir dari keluarga kaya raya, sang ayah yang berperangai buruk membuat hidup kakak beradik itu bagaikan di neraka. Siksaan, pukulan, dan perilaku kasar telah dilancarkan sang ayah bahkan sejak kedua remaja tersebut masih berusia dua tahun.

Tak hanya sang ayah, para pengasuh yang seharusnya merawat kedua anak tersebut dengan penuh kasih sayang justru melakukan tindakan yang lebih buruk dari binatang. Setiap bangun tidur, Patterson dan Georgia sebenarnya hanya menghadap siksaan baru dari ayah dan para pengasuhnya.

Penderitaan anak-anak itu sungguh mengerikan. Keduanya digigit, dipukul, disayat pisau hingga dipaksa berendam di dalam air mendidih.

Lebih parah dari itu, keduanya bahkan dipaksa memakan muntah dan kotoran mereka sendiri. Tak bisa terbayangkan bagaimana kedua anak ini dapat bertahan di tengah `neraka` yang diciptakan sang ayah di dalam rumahnya sendiri.

Sebagai anak orang kaya, hidup Patterson dan Gerorgia sungguh menyedihkan dan penuh penderitaan. Berikut ulasan singkatnya seperti dikutip dari Oddee.com, Daily Mail, ABC News, dan New York Post, Senin (19/1/2015):

2 dari 4 halaman

Disiksa sejak usia 2 tahun

Disiksa sejak usia 2 tahun

Patterson dan Georgia Inman merupakan anak kembar dari Walker Inman, pewaris harta pengusaha tembakau ternama, Doris Duke. Doris Duke yang anak satu-satunya meninggal akhirnya mewarisi sebagian besar hartanya pada Inman.

Walker Inman dikabarkan menerima uang sebesar US$ 90 ribu atau 1,13 miliar setiap bulan. Sementara putra putri kembarnya menerima warisan senilai US$ 1 miliar atau Rp 12,6 triliun.

Sejak usia dua tahun, saat Walker bercerai dengan sang istri, dia berhasil memenangkan hak asuh atas Patterson dan Georgia. Kala itu, si kembar baru berusia dua tahun dan tak bisa memilih untuk tidak tinggal dengan sang ayah.

Dari luar, para tetangga dan teman-temannya akan iri melihat kehidupan dua anak tersebut. Tapi andai saja semua orang tahu, saat itu Patterson dan Georgia justru sedang mengalami siksaan tanpa henti yang harus dirasakan setiap hari.

Saat sang ayah meninggal karena overdosis pada 2010, keduanya baru berani mengungkapkan betapa menderita kehidupannya selama ini. Dengan trauma parah yang mendera, si kembar akhirnya memiliki keberanian untuk membongkar seluruh perilaku buruk yang diterima selama ini.

Dengan terbata Patterson mengatakan, orang lain akan melihat betapa mewahnya kehidupan dia dan sang kakak. Tapi pada saat bersamaan, Patterson mengaku, dirinya merasa seperti hidup di dalam neraka.

Kekerasan mulai dilakukan sang ayah ketika keduanya masih berusia dua tahun. Sejak saat itu, tahun-tahun dalam kehidupannya memang berubah bagaikan neraka.

3 dari 4 halaman

Harus menelan makanan basi

Dipukuli dan disuruh menelan muntahan makanan basi

Ada-ada saja cara yang digunakan untuk menyiksa Patterson dan Georgia hingga tampaknya tak ada siksaan yang mereka lewati. Keduanya pernah diminta mandi dengan air mendidih hingga merasa seperti kulitnya rontok karena terbakar.

Tak hanya itu, keduanya juga harus tidur di basement dan hidup tanpa minum dan makan selama berhari-hari. Georgia juga masih ingat bagaimana sang ayah menyayat kakinya dengan pisau, lalu memukul wajahnya dan Patterson.

Ayahnya memang pecandu obat-obatan dan peminum berat. Bukan sekali dua kali keduanya melihat sang ayah overdosis di rumah.

Tak hanya itu, para pengasuh juga memberikan mereka makanan basi. Saat Georgia muntah, para pengasuh justru menyuruhnya menelan kembali muntahan itu dari karpet dan marah besar jika Georgia tak mampu melakukannya.

Sementara sang kakak justru dipaksa para pengasuh untuk memakan kotorannya sendiri. Tak akan pernah terlupakan bagaimana para pengasuh itu berteriak menyuruh Patterson mengunyah kotorannya.

Walker memiliki cara yang berbeda untuk membuat kedua anaknya hidup bak di neraka. Dia senang memukul kepala kedua anaknya. Walker juga sering bolak balik di dalam rumah dalam keadaan telanjang.

Jika ada yang melihat aksi jahat sang ayah, dia akan membayar orang tersebut dan Patterson serta Georgia tetap terperangkap di dalam rumah. Bahkan saat baru berusia empat tahun, sang ayah membunuh seseorang dengan mengoyak isi perut sang korban di hadapan keduanya.

4 dari 4 halaman

Ingin bunuh diri

Ingin bunuh diri

Dari luar keduanya akan terlihat bahagia karena beberapa kali diajak libur ke berbagai tempat wisata eksotis. Bahkan tak jarang sang ayah menyuruh keduanya membawa berlian ke sekolahnya.

Akibat siksaan tanpa henti yang diterima sejak bayi, mental dan kecerdasan keduanya sangat terbatas. Bahkan di usia 16 tahun, keduanya masih percaya pada Santa Claus.

Sejak masih kecil keduanya bahkan berpikir untuk bunuh diri dan menderita anoreksia karena sering kelaparan serta kekurangan gizi di masa kecilnya.

Setelah sang ayah meninggal, Patterson dan Georgia akan menyeret para pengasuhnya ke pengadilan dan tersenyum lebar di hadapan mereka yang akan meringkuk di dalam penjara. Patterson mengaku dirinya tak ingin jadi korban tak pemenang dari semua penderitaannya.

Kini si kembar tinggal bersama ibu kandungnya dan tengan menjalani terapi intensif untuk mengatasi trauma dari seluruh masa lalunya. (Sis/Nrm)