Liputan6.com, Bengkulu - Untuk menekan laju inflasi di Bengkulu yang saat ini sudah menyentuh angka 10,85%, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TIPD) Provinsi Bengkulu menggunakan 3 skenario.
Pertama dengan mendorong peningkatan hasil produksi dan kelancaran distribusi barang hingga ke konsumen atau pengguna langsung.
Kedua dengan melakukan rekayasa permintaan atau rekayasa demand. Terakhir dengan cara pemberian obat pasca inflasi.
Deputi kepala Bank Indonesia Bengkulu Bambang Himawan mengatakan, khusus rekayasa demand, dilakukan dua pendekatan yaitu secara kuantitatif denfan cara pemecahan intensitas permintaan bahan pokok khususnya beras.
"Secara ekonomi, jika permintaan beras tinggi tentu akan berpengaruh terhadap inflasi, ini yang akan kita pengaruhi dengan aksi one day no rice," ujar Bambang di Bengkulu (19/1/2015).
Secara kualitatif lanjut Bambang, pihak TPID akan melakukan kampanye konsumsi produk lokal seperti bahan pangan dan sayuran serta kebutuhan sekunder lain.
Kepala Bulog Bengkulu Sugeng H menyatakan, untuk menekan inflasi pihaknya sudah melakukan operasi pasar khusus di hampir semua ibukota kecamatan se Provinsi Bengkulu.
"Hingga hari ini sudah kami realisasikan operasi pasar khusus sebanyak 51 persen dan akan terus dilakukan khususnya untuk bahan pangan jenis beras dan gula pasir," ujar Sugeng.
Stok beras milik pemerintah di gudang bulog Bengkulu kata Sugeng berada pada posisi 10 ribu ton. Ini cukup untuk mensuplay kebutuhan masyarakat hingga 5 bulan kedepan.
"Selain operasi khusus, kami juga terus menyalurkan raskin sebanyak 1.313 ton per bulan," demikian Sugeng. (Yuliardi/Nrm)
3 Jurus TPID Bengkulu untuk Tekan Inflasi
Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Bengkulu menggunakan 3 skenario untuk menekan laju inflasi.
Advertisement