Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sangat ambisius untuk membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt (Mw) sampai periode 2019. Sayangnya, rencana tersebut disambut pesimistis dari banyak kalangan.
Hal ini diakui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said. "Hampir semua pihak pesimistis dengan proyek pembangkit listrik 35 ribu Mw," kata dia saat Pembahasan RAPBN-P 2015 di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/1/2015).
Sudirman mengaku, ada delapan kendala yang bisa menjadi batu sandungan rencana pemerintahan Jokowi untuk merealisasikan megaproyek tersebut dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
"Delapan kendala besarnya meliputi persoalan tanah, koordinasi, perizinan, negosiasi tarif sampai kemampuan kontraktor. Lalu apa kita punya pilihan lain?" terangnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, jika Indonesia ingin mengecap pertumbuhan ekonomi 5 persen sampai 6 persen, maka penambahan kapasitas listrik menjadi 7,5 persen. "Jadi nambahnya 1,5 persen. Sebab kalau sudah pasang listrik, maunya beli kulkas, segala peralatan elektronik lain," papar dia.
Dalam lima tahun ke depan, Sudirman menyebut, rencana pembangunan pembangkit listrik ditargetkan 42 ribu Mw. Namun pemerintah dan PT PLN sepakat, bahwa perusahaan pelat merah ini hanya akan membangun 10 ribu Mw.
"Sedangkan 25 ribu Mw kita akan bagikan ke IPP atau swasta. PLN akan fokus ke transmisi dan distribusi serta memperkuat basis yang sudah ada," cetusnya. (Fik/Gdn)
Semua Pesimis Jokowi Bisa Bangun Pembangkit 35 Ribu MW
Delapan kendala dalam membangun pembangkit meliputi persoalan tanah, koordinasi, perizinan, negosiasi tarif sampai kemampuan kontraktor.
Advertisement