Liputan6.com, New York - Kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) mengucurkan stimulus besar-besar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Eropa diragukan sejumlah pihak. Investor kawakan, George Soros mengaku tidak yakin akan keputusan tersebut.
Dia pun mengingatkan bahwa stimulus ini bisa jadi bumerang bagi Eropa. "Perhatian utama saya adalah, hal itu akan membuat perbedaan antara kaya dan miskin semakin besar," kata dia seperti dikutip dari CNN, Sabtu (24/1/2015).
Soros menuturkan penerima manfaat utama dari stimulus yang digelontorkan ECB adalah orang-orang yang memiliki aset. Kekayaan mereka tumbuh karena investor memindahkan uang tunai dari obligasi pemerintah dan menjadikannya aset alternatif untuk menaikkan harga.
Advertisement
"Tapi upah akan tetap di bawah tekanan," katanya.
Padahal, menurutnya, kesenjangan antara si kaya dan miskin memiliki konsekuensi yang dramatis. Soros mengatakan, lebih baik Eropa memulai reformasi, dengan meningkatkan belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur besar.
Seperti diketahui, ECB memutuskan untuk mengeluarkan pembelian obligasi besar-besar dengan nilai kurang lebih US$ 1,3 triliun. Pembelian surat utang akan dilakukan secara bertahap dari Maret 2015 sampai Sepetember 2016. (Amd/Ndw)