Liputan6.com, Jakarta - Venezuela menjadi salah satu negara paling menyedihkan di dunia. Hal itu didorong dari situasi ekonomi yang terjadi terutama harga minyak dunia terus merosot.
Berdasarkan daftar tahunan yang disusun The Cato Institute, Venezuela menduduki peringkat atas indeks misery selama dua tahun berturut-turut. Daftar itu menggabungkan data tingkat inflasi negara, suku bunga dan pengangguran. Ditambah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Mengapa Venezuela harus menghadapi situasi ekonomi sulit selama setahun terakhir?. Harga minyak menjadi jawabannya. Sekitar 95 persen, minyak menjadi salah satu komoditas utama ekspor negara tersebut.
Informasi mengenai dampak turunnya harga minyak terhadap ekonomi Venezuela menjai berita paling dicari pembaca. Tak hanya itu, artikel lain yang juga menarik perhatian yaitu konflik Polri dan KPK yang dikhawatirkan goyah ekonomi Indonesia hingga proyeksi mata uang Rupiah yang bakal sulit bangkit pada tahun ini.
Advertisement
Lengkapnya, berikut lima berita paling populer di kanal bisnis Liputan6.com edisi Minggu, 25 Januari 2015:
1. Harga Minyak Dunia Jatuh, Negara Ini Jadi Paling Menyedihkan
Harga minyak dunia kini terus jatuh sehingga membuat Venezuela masuk negara harus menghadapi situasi ekonomi sulit. Kini pemerintah telah kehabisan dana.
Selama bertahun-tahun, warisan Hugo Chavez membuat penggantinya Nicolas Maduro harus mengubah program-program sosial yang mahal. Negara ini sudah tenggelam dalam utang ditambah harga minyak jatuh membuat negara tersebut cepat menghadapi situasi yang buruk.
2. 10 Tipe Teman yang Kuras Uang
Teman-teman menjadi bagian terpenting di dalam hidup seseorang. Tanpa keberadaan teman maka terasa hampa dan sepi. Tetapi apakah Anda pernah mempertimbangkan dampaknya terhadap keuangan Anda?
Beberapa teman dapat menyedot uang dari dompet Anda, bahkan jika tidak mereka berniat. Namun karena mereka adalah teman-teman Anda maka mungkin tidak menyadari kalau uang Anda juga bisa habis karena teman.
3. Konflik Polri dan KPK Goyahkan Ekonomi RI
Perjalanan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dengan Kabinet Kerja baru seumur jagung. Namun kinerja yang sudah lebih dari 100 hari ini diwarnai berbagai persoalan politik sehingga mengancam perekonomian Indonesia.
Masih ingat dengan kisruh antara kubu Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH), sangat menyita perhatian sejumlah kalangan dari dalam maupun luar negeri. Kini, dua lembaga penting Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta Kepolisian RI sedang terlibat konflik.
Melihat kondisi tersebut, Pengamat Valas Farial Anwar mengkhawatirkan perekonomian Indonesia. Selama 100 hari Jokowi-JK memimpin Indonesia, belum ada perubahan signifikan terhadap ekonomi bangsa ini.
4. Freeport Keruk Tambang Bawah Tanah Pakai Teknologi Robotik
PT Freeport Indonesia berencana membenamkan modal untuk mengembangkan tambang bawah tanah (underground mining) di Papua senilai US$ 15 miliar.
Ini merupakan investasi tambahan perusahaan tambang raksasa asal Amerika Serikat (AS), selain di pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Gresik, Jawa Timur.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjelaskan investasi pengembangan tambang bawah tanah dan smelter dari Freeport akan memberikan dampak luar biasa bagi Papua.
Lantaran, anak usaha Freeport-McMoran Cold & Copper ini akan menggunakan teknologi robotik dalam pengoperasian tambang bawah tanah tersebut.
5. Rupiah Bakal Sulit Bangkit pada 2015
Pengamat Valas, Farial Anwar pesimistis terhadap target nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipatok pada rentang Rp 12.200-Rp12.800 dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015. Pihaknya memproyeksikan kurs rupiah bakal lebih lemah dari kisaran asumsi tersebut.
Dalam perjalanannya selama setahun, sambung Farial, kurs rupiah berpotensi bergerak naik dan turun dengan volatilitas luar biasa dibanding nilai tukar mata uang lain, seperti Baht Thailand, Peso Filiphina, Dolar Singapura atau Ringgit Malaysia. (Ndw)