Liputan6.com, Jakarta - Ekonom dari Standard Chartered Bank memandang permasalahan yang membelit tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian RI tak berpengaruh besar terhadap perekonomian maupun investasi di Indonesia. Pasalnya, kisruh tersebut bukan melibatkan atau menjadikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai korban.
"Saya lihat pasar memang mencermati, tapi buktinya pas BW (Wakil Ketua KPK) tertangkap, pasar modal hijau atau menguat. Jadi dugaan saya karena pasar tidak menjadikan Jokowi sebagai sasaran dari kisruh ini," terang Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander kepada wartawan seusai Global Research Standard Chartered Bank di Jakarta, Senin (26/1/2015).
Lebih jauh Eric mengatakan, pengaruh terhadap pasar justru akan besar apabila kinerja pemerintahan Jokowi yang dipertanyakan, seperti para menteri. "Kalau legitimasi pemerintahan Jokowi dipertanyakan, baru deh berdampak ke pasar," ucapnya.
Senada, Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan sebelumnya mengatakan, faktor global lebih memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dibanding ketidakpastian politik di negara ini.
Dia memandang positif bahwa kasus KPK dan Polri akan mengubah arah kebijakan politik maupun ekonomi Indonesia, sehingga pemerintah memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini lebih optimistis sebesar 5,8 persen. Sedangkan pihaknya memprediksi ekonomi bertumbuh 5,2 persen di akhir 2015.
"Fed Fund Rate diperkirakan akan naik di semester kedua 2015, dan akan diikuti kenaikan BI Rate. Kalau Fed Fund Rate nggak naik, maka pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih tinggi di level 5,5 persen," tandas Fauzi. (Fik/Gdn)
Ekonomi RI Aman Karena Sasaran Konflik Bukan Jokowi
Pengaruh terhadap pasar justru akan besar apabila kinerja pemerintahan Jokowi yang dipertanyakan.
Advertisement