Sukses

Wapres JK Harap Suku Bunga Acuan Turun Agar Topang Ekonomi

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, suku bunga acuan perlu diturunkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Eropa (The European Central Bank/EBC) mengubah kebijakan moneternya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang tengah bermasalah di wilayah tersebut. Dalam kebijakan yang baru, Bank Sentral Eropa mengeluarkan program pembelian obligasi besar-besaran dengan nilai kurang lebih US$ 1,3 triliun.

Wakil Presiden, Jusuf Kalla menegaskan, kebijakan moneter Indonesia tidak akan terpengaruh dan tidak akan berubah. Ia menjelaskan, perubahan kebijakan di Eropa diperlukan karena terjadi krisis di sana, sementara di Indonesia menunjukkan tren positif.

"Negara-negara itu, seperti Eropa, akibat ekonomi Eropa banyak kesulitan-kesulitan yang terjadi. Euro zone itu Anda tahu semua banyak kesulitannya, banyak masalahnya. Di Yunani, Jerman, di mana pun akibat embargo ke Rusia dan sebagainya sehingga ekonomi Eropa lebih stagnan dewasa ini dari pada dulu. Karena itu dia, mengubah kebijakannya, kalau Indonesia kan tidak (ada masalah ekonomi)," kata JK, dalam acara Nikkei Forum Jakarta, di hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Tren positif yang sedang ditunjukkan ekonomi Indonesia, karena itu perubahan fundamental tak diperlukan. Bahkan, JK memberi sinyal agar suku bunga diturunkan.

"Mungkin malah harus diturunkan bunga kita agar lebih cepat pertumbuhannya untuk mencapai sekitar 6 persen itu," ujar JK.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, pengguliran stimulus dari Bank Sentral Eropa (ECB) dapat menjadi penyeimbang rencana penyesuaian tingkat suku bunga acuan The Federal Reserve. Kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan berlangsung pada September 2015.

"Kebijakan ECB akan membantu menstabilkan kurs rupiah, bukan langsung memperkuat rupiah. Kestabilan itu penting karena ECB bisa agak menetralkan dampak dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS," ujar dia.

Sebelumnya, pada Kamis 22 Januari 2015, mengutip CNN Money, Gubernur Bank Sentral Eropa, Mario Draghi menjelaskan, dalam program baru ini, untuk pertama kalinya Bank Sentral Eropa bakal membeli surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah yang bernaung di zona Euro.

Pembelian surat utang tersebut akan dilakukan pada Maret 2015 hingga September 2016. Namun, jika memang diperlukan, periode pembelian tersebut bisa diperpanjang. Rencananya, setiap bulan Bank Sentral Eropa bakal menggelontorkan dana 60 miliar Euro atau senilai US$ 70 miliar.

"Kami mengeluarkan kebijakan untuk mendorong laju inflasi yang konsisten dengan tujuan kami yaitu kurang lebih berada di bawah 2 persen," jelas Draghi. (Silvanus A/Ahm)