Liputan6.com, Jakarta - Usai menurunkan harga minyak, kini lembaga keuangan internasional Goldman Sachs memangkas prospek untuk seluruh sektor komoditas.
Goldman menurunkan sektor komoditas termasuk energi, logam, perkebunan dan peternakan dari netral menjadi underweight dalam tiga bulan.
"Meskipun penurunan besar terjadi untuk harga komoditas. Kami melihat risiko untuk harga kembali turun dalam jangka pendek. Harga minyak lebih rendah dapat mendorong deflasi sehingga memberikan dampak harga komoditas lebih luas," ujar Analis Goldman Sachs, Christian Mueller Glissmann seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (29/1/2015).
Baca Juga
Analis memperkirakan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) akan tetap berada di kisaran US$ 40 per barel hingga semester I 2015. Hal itu seiring pertumbuhan pasokan melambat, dan investasi modal berlanjut di shale gas Amerika Serikat (AS) tetap berlanjut.
Advertisement
Mueller-Glissmann memperkirakan, keseimbangan akan kembali untuk pasar minyak dunia pada 2016. Analis akan meningkatkan prospek sektor komoditas dari netral menjadi overweight dalam 12 bulan mendatang.
"Pada akhir 2015, kami melihat persediaan akan membuat peringkat menjadi netral. Kenaikan harga diikuti biaya marjin produksi yang diperkirakan menjadi US$ 65 untuk WTI dan US$ 70 untuk Brent. Namun waktu normalisasi persediaan dan harga tetap sangat tidak pasti, sebagian karena biaya sedang berlangsung untuk shale," tulis mereka.
Selain Goldmand, Barclays juga merevisi penurunan harga minyak. Harga minyak dunia Brent dan WTI masing-masing akan berada di kisaran US$ 44 dan US$ 42. (aHM/)