Liputan6.com, Jakarta - Pada akhir November lalu, pemerintah di bawah instruksi Presiden Joko Widodo memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) demi memangkas subsidi yang terlalu besar. Chief Economist ANZ for Asia Pacific Glenn Maguire menilai, keputusan Jokowi untuk memangkas subsidi BBM sudah sangat tepat, tapi masyarakat Indonesia tetap harus bersabar menunggu buah dari keputusan tersebut.
Dia menjelaskan, kombinasi antara penurunan harga minyak dunia dan pemangkasan subsidi BBM yang terjadi dalam waktu bersamaan di Indonesia tentu saja praktis menambah anggaran pemerintah. Tapi tentu saja ada rentang waktu cukup panjang antara menambah ruang fiskal dan menghabiskan tambahan anggaran.
Itu mungkin salah satu area di mana konsesus seringkali keliru membaca perekonomian Indonesia.
"Butuh waktu sekitar tiga hingga empat tahun untuk menciptakan berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan seperti mendesain infrastruktur, membuka lowongan kerja, merekrut pekerja baru, pembebasan lahan hingga proyek rampung dibangun," jelasnya saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis, Jumat (30/1/2015).
Dia memprediksi berbagai proyek yang dicanangkan Jokowi mungkin baru rampung dibangun pada 2019. Indonesia juga diprediksi akan lebih kokoh dalam menghadapi aliran dana keluar mengingat banyak investor akan tertarik datang ke Tanah Air.
"Saya rasa ini kabar baik. Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan keuntungan dari turunnya harga minyak dunia dengan segera memangkas subsidi BBM, itulah yang dilakukan Jokowi," tandasnya.
Dia menegaskan, jika pemerintah menghabiskan dana dua hingga 2,5 persen dari PDB hanya untuk subsidi BBM, itu tak akan membantu rakyat miskin. Dia melihat, subsidi BBM selama ini memang lebih banyak dinikmati kalangan menengah ke atas. (Sis/Gdn)
Masyarakat RI Harus Sabar Tunggu Buah Kenaikkan Harga BBM
Keputusan Jokowi untuk memangkas subsidi BBM sudah sangat tepat, tapi masyarakat Indonesia tetap harus bersabar menunggu hasilnya.
Advertisement