Sukses

Harga Minyak Anjlok, Chevron Pangkas Investasi

Chevron Corp mengalokasikan investasi US$ 35 miliar atau setara Rp 445 triliun pada 2015, atau turun 13 persen dari tahun lalu.

Liputan6.com, New York - Turunnya harga minyak membuat Chevron Corporation berencana menghabiskan US$ 35 miliar atau setara Rp 445 triliun (kurs Rp 12.719 per dolar AS) untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi minyak sepanjang 2015.

Angka itu turun 13 persen dari investasi perusahaan minyak terbesar kedua asal Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu.   Tak hanya Chevron,  perusahaan minyak asal Belanda, Royal Dutch Shell juga telah memangkas investasi US$ 15 miliar atau sekitar Rp 190 triliun dalam tiga tahun ke depan.

Dengan melimpahnya pasokan minyak dan permintaan lesu, harga minyak terus merosot hingga di bawah $ 44 per barel pada pekan lalu ke tingkat terendah sejak Maret 2009.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (2/2/2015), CEO Chevron John Watson mengatakan perusahaan akan terus responsif terhadap kondisi pasar. Perseroan siap mengurangi biaya operasional demi menjaga keseimbangan keuangan.

Jatuhnya harga minyak telah membebani kinerja keuangan Chevron. Pendapatan perseroan turun menjadi US$ 1,85 per saham dari US$ 2,57 pada periode yang sama tahun lalu. Namun hasil yang lebih baik dari bisnis penyulingan minyak membantu Chevron mengimbangi harga minyak yang lebih rendah.

"Meski harga minyak turun,  namun perusahaan masih percaya secara fundamental pasar jangka panjang bisnis ini tetap menarik," ungkap Watson.

Turunnya alokasi investasi perusahaan minyak raksasa tentunya berpengaruh pada perusahaan jasa pengeboran.  BHP Billiton juga telah mengumumkan pemotongan biaya operasi sebesar 40 persen pada tahun ini.

Bahkan, Schlumberger baru-baru ini mengumumkan rencana untuk memberhentikan 9.000 pekerja. Perusahan energi dari Prancis, Total  juga dilaporkan memangkas belanja modal sebesar 10 persen tahun ini. (Ndw)


Video Terkini